Kisah Pecahnya Perang Salib

21 minute read
Kisah Pecahnya Perang Salib
Ilustrasi Tentara Salib

RancaxSejarah Peradaban Islam memang memiliki banyak cerita di dalamnya. Cerita tentang penyebaran, kebudayaan dan tokoh-tokoh yang berpengaruh. Termasuk juga sejarah tentang perang salib.

Perang Salib yang familiar bagi kita adalah suatu perang keagamaan yang sangat terkenal. Jika kita pernah menonton film Kingdom of Heaven, mungkin kita memiliki sedikit gambaran tentang Perang Salib ini.

Disebut Perang Salib karena para tentara atau pejuang Kristen ini menggunakan simbol salib pada tameng, baju, topi dan segala atribut berperangnya. Perang Salib ini juga terbagi atas beberapa periode.

Perang Salib di sebut juga lambang “perang suci”. Namun akar konflik 200 tahun ini terletak bukan hanya dalam bingkai agama, tetapi juga dalam kondisi ekonomi Eropa abad pertengahan.

A. Asal Muasal Terjadinya Perang Salib


Perang salib dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan crusade war. Adalah sebuah pembantaian, Karena memang dalam peristiwa tersebut, hampir 30.000 penduduk Al-Quds dibantai oleh pasukan salib.

Perang Salib (The Crusades) merupakan gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk merebut Tanah Suci (Al-Quds) dari kekuasaan kaum Muslim dan mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur.

Perang salib terjadi pada tahun 1095 sampai 1291. Perang salib terjadi akibat pembangkangan kaum Kristen Eropa atas kekhalifahan Abbasiyah (750-1258).

Pada 25 November 1095 Paus Urbanus II menyerukan untuk melakukan pembangkangan dengan melakukan penyerangan ke Al Quds (Yarusaalem). Setelah 87 tahun menguasai Yarussalem, umat muslim melalui Shalahuddin Al Ayyubi berhasil membebaskan Al Quds dari pasukan salib.

Perang Salib adalah serangkaian perang yang berlangsung di Asia Kecil (Anatolia) dan Syam, yang mana bangsa-bangsa Eropa terlibat menggunakan propaganda perang ekspedisi keagamaan.

Latar belakang dari Perang Salib adalah Perang Arab-Bizantium selama berabad-abad dan kekalahan telak yang belum lama sebelumnya dialami pasukan Bizantium oleh Turki Seljuk di Manzikert pada 1071 M.

Penakluk Norman, Robert Guiscard, yang menaklukan sejumlah wilayah Bizantium semakin menambah permasalahan Kekaisaran Bizantium.

Dalam upaya mengatasi kedua bahaya ini, Kaisar Bizantium, Alexios I, berusaha menyatukan bangsa-bangsa Kristen melawan musuh bersama, meminta bantuan Barat, dan pada gilirannya Paus Urbanus II menyeru para pemimpin Barat untuk melancarkan Perang Salib I.

Tujuan utamanya untuk merebut kembali Tanah Suci sehingga memulihkan akses kaum Nasrani menuju tempat-tempat suci Yerusalem.

Pasukan Salib terdiri atas satuan militer Kristen dari seluruh Eropa Barat, dan tidak berada di bawah komando tunggal. Rangkaian utama Perang Salib, terutama melawan Muslim di Syam.

Beberapa ratus ribu orang menjadi tentara salib karena lambang mereka adalah salib dengan mengucapkan sumpah, Kepausan memberi mereka indulgensi penuh. Banyak tentara Salib berasal dari Prancis dan menyebut diri sebagai "orang Frank", yang menjadi istilah umum di kalangan Muslim.

Orang Eropa sejak lama menyebut penghuni Tanah Suci sebagai Saracen dan mereka terus menggunakan istilah ini dalam artian buruk selama Perang Salib.

Perang Salib memberikan pengaruh politik, ekonomi, dan sosial yang besar di Eropa Barat. Konflik ini mengakibatkan melemahnya Kekaisaran Kristen Bizantium, yang beberapa abad kemudian ditaklukkan oleh Turki Muslim.

Reconquista, periode panjang peperangan di Spanyol dan Portugal (Iberia), di mana pasukan Kristen merebut kembali semenanjung dari Muslim, sangat berkaitan dengan Perang Salib.

Setelah bangsa Norman menetap di Prancis dan menaklukkan Inggris, baik Prancis dan Inggris, serta Kekaisaran Romawi Suci, lebih kuat dibanding pada masa Charlemagne.

Para raja dan ratu mereka mulai berpikir, seperti yang dulu pernah terpikir oleh Charlemagne, untuk menaklukkan seluruh Mediterania dan mendirikan kembali Kekaisaran Romawi kuno.

Secara khusus, mereka ingin merebut Yerusalem, kota Yesus Kristus, dari tangan Daulah Fathimiyah yang menguasainya.

Pada 1095 M Paus Urbanus II berpidato di Clermont di Prancis selatan, di mana ia menyeru orang-orang untuk mengangkat senjata dan berperang untuk membebaskan Yerusalem dari kekuasaan Fathimiyah. Orang-orang begitu bersemangat, bahkan anak-anak dan orang tua juga ingin ikut pergi.

Saking bersemangatnya, beberapa kelompok berangkat ke Yerusalem sebelum kelompok utama diorganisasi. Mereka meyakini bahwa Tuhan akan meruntuhkan Tembok Yerusalem begitu mereka tiba di sana. Jadi, pikiran mereka tidak perlu bertempur atau membawa senjata. Beberapa dari mereka bahkan tak membawa uang sedikit pun.

Sebagian besar kelompok kemudian mendapati bahwa berkelana dan bertempur itu lebih sulit dari dugaan mereka, dan sebagian besar di antara mereka akhirnya meninggal dalam perjalanan.

Satu kelompok memutuskan bahwa terlalu sulit untuk pergi ke Yerusalem dan memerangi Fathimiyah, dan lebih memilih untuk berhenti di Jerman untuk memerangi Yahudi. Ribuan orang Yahudi dirampok dan dibunuh oleh Crusaders hanya karena mereka bukan orang Kristen.

Pada musim gugur 1096, pasukan salib utama berangkat ke Yerusalem. Mereka menggunakan rute yang berbeda-beda, sebagian pergi lewat darat dan sebagian lewat laut, menuju Konstantinopel.

Di sana Kaisar Alexios cukup terkejut melihat mereka dan tidak terlalu senang. Dia sempat takut pasukan itu akan menyerang kekaisarannya, tapi akhirnya ia mengirim mereka menuju Yerusalem.

Kala itu Fathimiyah tidak terlalu waspada karena mereka mengira bahwa yang datang adalah pasukan kecil Romawi dari Konstantinopel yang hanya ingin bertempur sedikit di Suriah.

Pasukan Salib tiba di Yerusalem pada Mei 1098. Mereka terkejut melihat betapa beradabnya kota itu, dengan adanya masjid Kubah Batu, pemandian air panas, dan kedokteran Islam yang maju.

Pasukan Salib membuat banyak kesalahan dan kejahatan dalam peperangan mereka.

Namun, Fathimiyah juga sedang bertempur melawan Seljuk sehingga mereka tak mampu mempertahankan Yerusalem dengan baik saat itu.

Pasukan Salib pun berhasil merebut Yerusalem serta beberapa kota penting lainnya di pesisir Mediterania.

Kemudian orang-orang Frank menetap di sana sebagai raja-raja kecil di negara baru mereka. Banyak orang Eropa yang pergi bolak-balik Eropa-Timur Tengah, mempelajari matematika dan pengobatan dari para ilmuwan Islam, serta membawa makanan baru, seperti gula, ke Eropa.

Dengan demikian, Perang Salib I merupakan suatu kesuksesan bagi orang Eropa dan kemunduran bukan hanya bagi Fathimiyah, tetapi juga Muslimin pada umumnya.

B. Latar Belakang Pecahnya Perang Salib


Kisah Pecahnya Perang Salib
Ilustrasi Tentara Salib
Terjadinya Perang Salib antara kedua belah pihak, Islam dengan Kristen disebabkan oleh faktor-faktor utama yaitu agama, politik dan sosial ekonomi.

1. Faktor Agama

Pada tahun 1009, kalifah Bani Fatimiyah, Al-Hakim bi-Amr Allah memerintahkan penghancuranGereja Makam Kudus (Church of the Holy Sepulchre). Penerusnya memperbolehkan Kekaisaran Byzantium untuk membangun gereja itu kembali dan memperbolehkan para peziarah untuk berziarah di tempat itu lagi.

Akan tetapi, banyak laporan yang beredar di Barat tentang kekejaman kaum Muslim terhadap para peziarah Kristen. Laporan yang didapat dari para peziarah yang pulang ini kemudian memainkan peranan penting dalam perkembangan Perang Salib pada akhir abad itu.

Mereka merasa mendapat perlakuan jelek dari orang-orang Seljuk yang fanatic. Umat Kristen merasa perlakuan para penguasa Dinasti Seljuk sangat berbeda dengan para penguasa Islam lainnya yang pernah menguasai kawasan itu sebelumnya.

Sebelumnya, Paus Urbanus II memerintahkan untuk ekspedisi besar-besaran atas permintaan Alexius I yang ingin merebut kembali Asia Kecil (Anatolia) yang direbut Turki Utsmani. Semangat ini semakin besar tatkala Paus menerima berita bahwa Khalifah Abdul Hakim-yang menguasai Palestina saat itu-menaikkan pajak ziarah ke Palestina bagi orang-orang Kristen Eropa.

“Ini perampokan! Oleh karena itu, tanah suci Palestina harus direbut kembali,” kata Paus. Disanalah kaum Kristen merasa semakin sulit berziarah dan ingin merebut kembali daerah Palestina.

2. Faktor Politik

Kekalahan Bizantium (sejak tahun 330 M disebut Constantinopel atau sekarang Istanbul Turki) tahun 1071 M di Manzikart (Malazkird atau Malasyird, Armenia) dan Asia kecil jatuh ke bawah kekuasaan Seljuk, mendorong Kaisar Alexius I Comnenus (Kaisar Constantinopel) meminta bantuan seperti yang sudah dipaparkan di atas kepada Paus Urbanus II untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah-daerah pendudukan Dinasti Seljuk.

Sementara itu, kondisi kekuasaan Islam sedang melemah sehingga orang-orang Kristen di Eropa berani untuk ikut dalam Perang Salib. Dinasti Fathimiyah dalam keadaan lumpuh dan kekuasaan Islam di Andalusia semakin goyah dengan dikuasainya Toledo dan Sicilia oleh Kristen Spanyol.

3. Faktor Sosial Ekonomi

Pedagang-pedangan besar di pantai timur Laut Tengah, terutama yang berada di kota Venezia, Genoa dan Pisa berambisi untuk menguasai kota-kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan Laut Tengah sehingga rela menanggung sebagian dana Perang Salib.

Apabila pihak Kristen Eropa menang, mereka menjadikan kawasan itu sebagai pusat perdagangan mereka. Stratifikasi sosial masyarakat Eropa terdiri dari tiga kelompok yaitu kaum gereja, kaum bangsawan dan ksatria dan rakyat jelata.

Ketika rakyat jelata dimobilisasi oleh pihak gereja untuk ikut Perang Salib dijanjikan kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik bila menang perang, mereka menyambut secara spontan dan berduyun-duyun terlibat dalam perang itu.

Saat itu, di Eropa berlaku hukum waris bahwa anak tertua yang berhak menerima harta warisan, apabila anak tertua meninggal maka harta warisan harus diserahkan kepada gereja. Oleh karena itu, populasi orang miskin meningkat sehingga anak-anak yang miskin beramai-ramai mengikuti seruan mobilisasi umum Perang Salib dengan harapan mendapatkan perbaikan ekonomi.

Pada tahun 1063,Paus Alexander IImemberikan restu kepausan bagi kaumKristenIberiauntuk memerangi kaumMuslim. Paus memberikan baik restu kepausan standar maupun pengampunan bagi siapa saja yang terbunuh dalam pertempuran tersebut. Maka, permintaan yang datang dari Kekaisaran Byzantiumyang sedang terancam oleh ekspansi kaum Muslim Seljuk, menjadi perhatian semua orang di Eropa.

Hal ini terjadi pada tahun 1074, dari Kaisar Michael VII kepada Paus Gregorius VII dan sekali lagi pada tahun 1095, dari Kaisar Alexius I Comnenus kepada Paus Urbanus II.
Seorang tentara Salib, sesudah memberikan sumpah sucinya, akan menerima sebuah salib dari Paus atau wakilnya dan sejak saat itu akan dianggap sebagai “tentara gereja”. Hal ini sebagian adalah karena adanya Kontroversi Pentahbisan, yang berlangsung mulai tahun 1075 dan masih berlangsung selama Perang Salib Pertama.

Karena kedua belah pihak yang terlibat dalam Kontroversi Pentah bisan berusaha untuk menarik pendapat publik, maka masyarakat menjadi terlibat secara pribadi dalam pertentangan keagamaan yang dramatis. Hasilnya adalah kebangkitan semangat Kristen dan ketertarikan publik pada masalah-masalah keagamaan.

Hal ini kemudian diperkuat oleh propaganda keagamaan tentang Perang untuk Keadilan untuk mengambil kembali Tanah Suci yang termasuk Yerusalem (dimana kematian, kebangkitan dan pengangkatan Yesus ke Surga terjadi menurut ajaran Kristen) dan Antiokhia (kota Kristen yang pertama) dari orang Muslim.

Selanjutnya, “Penebusan Dosa” adalah faktor penentu dalam hal ini. Ini menjadi dorongan bagi setiap orang yang merasa pernah berdosa untuk mencari cara menghindar dari kutukan abadi di Neraka.

Persoalan ini diperdebatkan dengan hangat oleh para tentara salib tentang apa sebenarnya arti dari “penebusan dosa” itu. Kebanyakan mereka percaya bahwa dengan merebut Yerusalem kembali, mereka akan dijamin masuk surga pada saat mereka meninggal dunia.

Akan tetapi, kontroversi yang terjadi adalah apa sebenarnya yang dijanjikan oleh paus yang berkuasa pada saat itu. Suatu teori menyatakan bahwa jika seseorang gugur ketika bertempur untuk Yerusalemlah “penebusan dosa” itu berlaku.

Teori ini mendekati kepada apa yang diucapkan oleh Paus Urbanus II dalam pidato-pidatonya. Ini berarti bahwa jika para tentara salib berhasil merebut Yerusalem, maka orang-orang yang selamat dalam pertempuran tidak akan diberikan “penebusan”.

Teori yang lain menyebutkan bahwa jika seseorang telah sampai ke Yerusalem, orang tersebut akan dibebaskan dari dosa-dosanya sebelum Perang Salib. Oleh karena itu, orang tersebut akan tetap bisa masuk Neraka jika melakukan dosa sesudah Perang Salib.

Seluruh faktor inilah yang memberikan dukungan masyarakat kepada Perang Salib Pertama dan kebangkitan keagamaan pada abad ke-12.

C. Periodisasi Perang Salib

Kisah Pecahnya Perang Salib
Ilustrasi Tentara Salib

Dikutip dari Wikipedia terdapat empat periodisasi Perang Salib, yakni Perang Salib I, perang Salib II, Perang Salib III dan Perang Salib IV.

1. Perang Salib I

Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Perancisdan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina.Tentara Salibyang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymondini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa).

Di sini mereka mendirikan County Edessadengan Baldwinsebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiokhia dan mendirikan Kepangeranan Antiokhia di Timur, Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul Maqdis (Yerusalem) pada 15 Juli 1099 M dan mendirikanKerajaan Yerusalem dengan rajanya, Godfrey.

Setelah penaklukan Baitul Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M) dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan County Tripoli, rajanya adalah Raymond.

Selanjutnya, Syeikh Imaduddin Zengi pada tahun 1144 M, penguasa MosuldanIrak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa. Namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Syeikh Nuruddin Zengi. Syeikh Nuruddin berhasil merebut kembali Antiokhia pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M, seluruh Edessa dapat direbut kembali.

2. Perang Salib II


Kejatuhan County Edessa ini menyebabkan orang orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua. Paus Eugenius III menyampaikan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Conrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Syeikh Nuruddin Zengi.

Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Conrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Syeikh Nuruddin wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M, setelah berhasil mencegah pasukan salib untuk menguasai Mesir.

Hasil peperangan Shalahuddin yang terbesar adalah merebut kembali Yerusalempada tahun 1187 M, setelah beberapa bulan sebelumnya dalam Pertempuran Hittin, Shalahuddin berhasil mengalahkan pasukan gabungan County Tripoli dan Kerajaan Yerusalaem melalui taktik penguasaan daerah. Dengan demikian berakhirlah Kerajaan Latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir.

Sehabis Yerusalem, tinggal Tirus merupakan kota besar Kerajaan Yerusalem yang tersisa. Tirus yang saat itu dipimpin oleh Conrad dari Montferrat berhasil sukses dari pengepungan yang dilakukan Shalahuddin sebanyak dua kali. Shalahuddin kemudian mundur dan menaklukan kota lain, seperti ArsufdanJaffa.

3. Perang Salib III


Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum Muslim sangat memukul perasaan Tentara Salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Selanjutnya, Tentara Salib dipimpin oleh Frederick Barbarossaraja Jerman, Richard si Hati Singaraja Inggris, dan Philip Augustus raja Perancis memunculkan Perang Salib III. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M dengan dua jalur berbeda.

Pasukan Richard dan Philip melalui jalur laut dan pasukan Barbarossa saat itu merupakan yang terbanyak di Eropa melalui jalur darat, melewati Konstantinopel. Namun, Barbarossa meninggal di daerah Cilicia karena tenggelam di sungai, sehingga menyisakan Richard dan Philip. Sebelum menuju Tanah Suci, Richard dan Philip sempat menguasai Siprus dan mendirikan Kerajaan Siprus.

Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Philip kemudian balik ke Perancis untuk "menyelesaikan" masalah kekuasaan di Perancis dan hanya tinggal Richard yang melanjutkan Perang Salib III. Richard tidak mampu memasuki Palestina lebih jauh, meski bisa beberapa kali mengalahkan Shalahuddin. Pada tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara Tentara Salib dengan Shalahuddin yang disebut dengan Shulh al-Ramlah. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul Maqdis tidak akan diganggu.

4. Perang Salib IV

Pada tahun 1219 M, meletus kembali peperangan yang dikenal dengan Perang Salib periode keenam, dimana tentara Kristen dipimpin oleh raja Jerman, Frederik II, mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Koptik.

Dalam serangan tersebut, mereka berhasil menduduki Dimyath, raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil, membuat penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyath, sementara al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, pada masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya.

Ketika Mesir dikuasai olehDinasti Mamalikyang menggantikan posisiDinasti Ayyubiyyah, pimpinan perang dipegang oleh Baibars, Qalawun, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum Muslim tahun 1291 M. Demikianlah Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat Islam terusir dari sana.

Tambahan yang dikutip dari buku Sejarah Peradaban Islam oleh Ratu Suntiah, M.Ag dan Maslani M.Ag, pada periode ketiga Perang Salib atau menurut Wikipedia Perang Salib IV, telah terukir dalam sejarah munculnya pahlawan wanita yang terkenal gagah berani yaitu Syajar ad-Durr. Ia berhasil menghancurkan pasukan raja Louis IX dari Perancis dan sekaligus menangkap raja tersebut.

Pahlawan wanita inipun telah mampu menunjukkan sikap kebesaran Islam dengan membebaskan dan mengizinkan raja Louis IX kembali ke negerinya. Setelah Mesir dikuasai Dinasti Mamalik, pimpinan perang dipegang oleh Baybars yang berhasil merebut kembali seluruh benteng yang dikuasai tentara Salib.

Pada tahun 1286 M, kota Yaffa dapat ditaklukkan, tahun 1289 M menaklukan kota Tripoli (Libanon) dan kota Akka dikuasai pada tahun 1291 M. Sejak saat itu tentara Salib habis di seluruh benua Timur.

Sedangkan Christopher Tyerman membagi Perang Salib ke dalam 9 periode.

  1. Sejak tahun 1905 M sampai 1099 M. Sepanjang periode ini berhasil membangun 4 kerajaan, yakni Kerajaan Jerusalem, Kerajaan Antiokhia, Kerajaan Edessa dan Kerajaan Tripoli.
  2. Sejak tahun 1147 M sampai 1149 M. Pada periode ini, kemenangan ada di pihak umat muslim.
  3. Sejak tahun 1187 M sampai 1192 M. Selama periode ini, Shalahuddin menjadi tokoh yang tidak hanya dihormati oleh umat Islam, tetapi juga umat Kristen, karena terkenal kebijaksanaannya.
  4. Sejak tahun 1202 M hingga 1204 M. Pada periode ini Paus Innocent III bermaksud mengusir Ayyubiyah Mesir.
  5. Sejak tahun 1217 M sampai 1221 M. Sejak tahun 1221 M, pihak muslim dan Kristen menyetujui perjanjian damai selama 8 tahun. Tentara Salib melanggar janji. Akhirnya, mereka melakukan perlawanan kembali.
  6. Sejak tahun 1228 M sampai 1229 M. Kristen menguasai sebagian besar Jerusalem, sedangkan orang muslim diberi kekuasaan terhadap Masjid Al-Aqsha.
  7. Sejak tahun 1248 M sampai 1254 M. Pada tahun 1243 M, kaum Templar Kristen melanggar perjanjian perdamaian dan berkonflik dengan Mesir. Tetapi, mereka menelan kekalahan, dan tentara muslim pun tetap tak terkalahan.
  8. Sejak tahun 1270 M hingga 1271 M. Tentara Salib kali ini hendak menaklukan Tunisia. Tetapi, hanya 2 bulan berselang, Lois IX meninggal dunia.
  9. Sejak tahun 1271 M sampai 1272 M. Dengan jatuhnya Antiokhia (pada tahun 1268 M), orang-orang Kristen dibantai oleh tentara Muslim sehingga pemerintahan Kristen di Levant habis kisahnya. Pada tahun 1400-an, Turki Utsmani yang di pimpin oleh Mehmed II tidak hanya menjajah sejumlah kerajaan di Eropa, Asia, dan Afrika, tetapi juga berhasil membersihkan sisa-sisa tentara salib di Timur Tengah.

D. Pandangan Sejarahwan Tentang Kebiadaban Perang Salib (Tentara Salib).

Kisah Pecahnya Perang Salib
Ilustrasi Tentara Salib

15 Juli 1099, Yerusalem ditaklukan Tentara Salib. 60.000 orang dibunuh, terdiri dari orang-orang Yahudi, Muslim, laki-laki, perempuan dan anak-anak.

Untuk ukuran 1000 tahun lalu ketika populasi penduduk dunia masih jauh lebih sedikit dari sekarang, jumlah 60 ribu sampai 100 ribu lebih umat manusia yang dibantai dalam beberapa hari saja oleh pasukan Kristen adalah pertunjukan kebiadaban yang luar biasa dan tiada bandingannya.

Dilukiskan oleh saksi mata Kengerian begitu dahsyat: 

"Kami harus berjalan didalam darah musuh kami sedalam mata kaki".

Akhirnya pada 15 Juli 1099, Yerusalem (Baitul Maqdis) jatuh ke tangan pasukan Salib, tercapailah cita-cita mereka. Berlakulah keganasan luar biasa yang belum pernah terjadi dalam sejarah umat manusia.

Tentara salib itu telah menyembelih penduduk sipil Islam baik lelaki, perempuan dan anak-anak dengan sangat ganasnya. Mereka juga membantai orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen yang enggan bergabung dengan kaum Salib.

Keganasan tentara Salib yang sangat luar biasa itu telah dikutuk dan diakui oleh para saksi dan penulis sejarah yang terdiri dari berbagai agama dan bangsa.

1. Seorang ahli sejarah Prancis, Michaud berkata:

"Pada saat penaklukan Yerusalem oleh orang tentara salib tahun 1099, orang-orang Islam dibantai di jalan-jalan dan di rumah-rumah. Yerusalem tidak punya tempat lagi bagi orang-orang yang kalah itu. 

Beberapa orang mencoba mengelak dari kematian dengan cara mengendap-endap dari benteng, yang lain berkerumun di istana dan berbagai menara untuk mencari perlindungan terutama di masjid-masjid. Namun mereka tetap tidak dapat menyembunyikan diri dari pengejaran kaum salibis itu.

Tentara Salib yang menjadi tuan di Masjid Umar, di mana orang-orang Islam mencoba mempertahankan diri selama beberapa lama menambahkan lagi adegan-adegan yang mengerikan yang menodai penaklukan Titus.
Tentara infanteri dan kavaleri lari tunggang langgang di antara para buruan. Di tengah huru-hara yang mengerikan itu yang terdengar hanya rintihan dan jeritan kematian. Orang-orang yang menang itu menginjak-injak tumpukan mayat ketika mereka lari mengejar orang yang coba menyelamatkan diri dengan sia-sia."

2. Raymond d'Agiles, yang menyaksikan peristiwa itu dengan mata kepalanya sendiri mengatakan:

"Di bawah serambi masjid yang melengkung itu, genangan darah di dalamnya mengenai lutut dan mencapai tali kekang kuda."

Aksi pembantaian hanya berhenti beberapa saat saja, yakni ketika pasukan Salib itu berkumpul untuk menyatakan rasa syukur kepada Tuhan mereka Yesus Kristus atas kemenangan mereka. Tapi begitu upacara perayaan itu selesai, pembantaian diteruskan dengan lebih ganas lagi.

3. Seterusnya Michaud berkata: 

"Semua yang tertangkap yang disisakan dari pembantaian pertama, semua yang telah diselamatkan untuk mendapatkan upeti, dibantai dengan kejam.

Orang-orang Islam itu dipaksa terjun dari puncak menara dan bumbung-bumbung rumah, mereka dibakar hidup-hidup, diseret dari tempat persembunyian bawah tanah, diseret ke hadapan umum dan dikurbankan di tiang gantungan."

Selanjutn­ya Michaud menambahkan:

"Air mata wanita, tangisan anak-anak, begitu juga pemandangan dari tempat Yesus Kristus memberikan ampun kepada para algojonya, sama sekali tidak dapat meredakan nafsu membunuh orang-orang yang menang itu. Penyembelihan itu berlangsung selama seminggu.

Beberapa orang yang berhasil melarikan diri, dimusnahkan atau dikurangkan jumlahnya dengan perbudakan atau kerja paksa yang mengerikan."

4. Archbishop Tyre, saksi mata melukiskan peristiwa itu sbb:


"It was impossible to look upon the vast numbers of the slain without horror; everywhere lay fragments of human bodies, and the very ground was covered with the blood of the slain. It was not alone the spectacle of headless bodies and mutilated limbs strewn in all directions that roused the horror of all who looked upon them. Still more dreadful was it to gaze upon the victors themselves, dripping with blood from head to foot, an ominous sight which brought terror to all who met them. It is reported that within the Temple enclosure alone about ten thousand infidels perished."

"Adalah mustahil untuk melihat keatas angka-angka luas yang dibunuh tanpa kengerian; di mana-mana diletakkan bagian-bagian tubuh manusia, dan seluruh lantai telah tertutup oleh darah para korban. Itu tidak sendiri karena pertunjukan besar tubuh-tubuh tanpa kepala dan terpotong-potong yang ditaburkan di segala jurusan, benar-benar membangunkan kengerian bagi semua yang melihatnya. Meski demikian yang lebih seram adalah untuk menatap atas para pemenang diri mereka, menitikkan darah seluruh badan, suatu penglihatan tidak menyenangkan yang membawa teror bagi semua menjumpainya. Itu dilaporkan di dalam lampiran kuil itu sendiri bahwa sekitar sepuluh ribu orang pengkhianat binasa."

5. Gustave Le Bon telah mensifatkan penyembelihan kaum Salibis sebagaimana kata-katanya:

"Kaum Salib kita yang 'bertakwa' itu
tidak memadai dengan melakukan berbagai bentuk kezaliman, kerusakan dan penganiayaan, mereka kemudian mengadakan suatu pertemuan yang memutuskan supaya dibunuh saja semua penduduk Yerusalem yang terdiri dari kaum Muslimin dan bangsa Yahudi serta orang-orang Kristen yang tidak memberikan pertolongan kepada mereka yang jumlahnya mencapai 60.000 orang. Orang-orang itu telah dibunuh semua dalam masa 8 hari saja termasuk perempuan, anak-anak dan orang tua, tidak seorang pun yang terkecuali."

Gustave Le Bon dalam bukunya "La Civilisation Islamique er Arabe" hal.407 juga mengatakan, "Kekejaman yang dilakukan oleh tentara salib terhadap kawan maupun lawan, tentara maupun rakyat sipil, wanita ataupun anak-anak, orang tua maupun anak muda, membuat mereka menduduki tempat teratas dalam sejarah kekerasan".

6. Salah seorang saksi sejarah, Robert The Monk, menulis sbb:

"Tentara kami menyerbu seluruh lorong, medan, serta di atas bumbung-bumbung rumah yang bersambungan seperti singa yang kehilangan anaknya. Kami mencabik-cabik anak-anak dengan kejam. Kami membunuh orang tua dan muda dengan pedang. Untuk mempercepat kerja, kami menggunakan satu tali untuk mengantung leher beberapa orang."

Tentara merampas dan merampok apa saja yang mereka temukan. Mereka bahkan merobek perut para korban untuk mencari emas dan uang. Apa saja yang ditemukan, mereka rampas.

Akhirnya, Bohemond mengumpulkan semua yang selamat, lelaki ataupun perempuan, yang cacat dan tidak berdaya di dalam sebuah istana, dan membunuh mereka semua. Mereka meninggalkan yang muda untuk dijual di pasar budak Antiochia.

Godfrey Hardouinville melaporkan kepada Paus, "Di Yerusalem, umat Islam yang ditangkap, dibunuh oleh orang-orang kami di halaman kuil Solomon hingga kuil itu dipenuhi dengan darah yang menggenang sampai ke lutut."

7. Ahli sejarah Kristen yang lain, Mill, mengatakan:

"Ketika itu diputuskan bahwa rasa kasihan tidak boleh diperlihatkan terhadap kaum Muslimin. Orang-orang yang kalah itu diseret ke tempat-tempat umum dan dibunuh. Semua kaum wanita yang sedang menyusu, anak-anak gadis dan anak-anak lelaki dibantai dengan kejam.

Tanah padang, jalan-jalan, bahkan tempat-tempat yang tidak berpenghuni di Yerusalem ditaburi oleh mayat-mayat wanita dan lelaki, dan tubuh anak-anak yang terkoyak-koyak. Tidak ada hati yang lebur dalam keharuan atau yang tergerak untuk berbuat kebajikan melihat peristiwa mengerikan itu."

Penaklukan Yerusalem oleh tentara Salib benar-benar diwarnai dengan pembantaian yang tak pandang bulu (indiscriminate massacre). Kaum muslimin -meliputi semua umur dan jenis yang tak berdaya- dibantainya.

8. K. Hitti menuliskan, 

"Heaps of heads and hand feet were to be seen throughout the street and squares of the city." (Tumpukan dari kepala-kepala dan kaki tangan korban pembantaian dipamerkan di jalan-jalan dan di sudut-sudut kota).

Para ahli sejarah mencatat jumlah korban pembantaian itu sekitar 60.000 sampai 100.000 orang lebih!!!

Peristiwa yang kejam ini, jika dibandingkan dengan penaklukan Shalahuddin al-Ayyubi dalam merebut kembali Yerusalem, tentu menimbulkan pertanyaan, "Benarkah motivasi agama (Kristen) menjiwai perang ini?".

Karena, berbeda 180 derajat dengan pembantaian yang dilakukan oleh pasukan Salibis, umat Islam sama sekali tidak melakukan pembantaian balasan ketika merebut kembali Yerusalem dibawah pimpinan Salahuddin Al-Ayyubi.

Tentara salib membantai sangat banyak umat manusia ketika merebut Yerusalem, sementara Islam dibawah pimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi berperilaku jauh lebih mulia dan beradab dari pada kaum Salibis ketika merebut Yerusalem kembali. Benar-benar bertolak belakang sekali.

Sikap Salahuddin ini menambah harum namanya, baik di mata lawan maupun kawan.

Beberapa sejarawan Barat yang pernah menulis ketinggian pribadinya, antara lain Stanley Lane Poole.

E. Tokoh-Tokoh Terkenal dalam Perang Salib.

Tokoh Terkenal Dari Pihak Islam

  • 1. Abu Ali Mansur Tariqul Hakim (sang penghancur Tanah Suci Jerusalem)
  • 2. Kilij Arsalan (Penghadang Gempuran Tentara Salib Periode Awal)
  • 3. Imaduddin Zanky (Penakluk Negara Salib)
  • 4. Nuruddin Mahmud (Propagandis Semangat Perang Umat Muslim)
  • 5. Asaduddin Shirkuh (Panglima Perang Muslim Terbesar)
  • 6. Hasan Al-Sabbah (sang Pembunuh Bayaran)
  • 7. Shalahuddin al-Ayyubi (Tokoh Terbesar Kesatria Muslim Sepanjang Sejarah Perang Salib)
  • 8.Al-Malik al-Adil Syaifudin; Komandan Perang Ayyubiyah yang tanpa Komporomi
  • 9. Al-Malik al-Kamil Muhammad Dipuja sekaligus Dicaci
  • 10. Al-Malik al-Zhahir Baybar; Penangkis Ancaman Salib dab Mongol

Tokoh Terkenal dari Pihak Kristen
  • 1. Paus Urbanus II; Penyulut Terjadinya Perang Salib I
  • 2. Petrus Hermit; Penyebabar Isu dan Penyulut Api Salib
  • 2. Bohemond I; The New Buamundus Gigas
  • 3. Alexius I Comnenus; Si Licik dari Byzantium
  • 4. Robert II of Flander; Komandan Pusat Tentara Salib Pertama
  • 6. Godfrey de Bouillon; Raja Pertama Negara Salib Jerusalem
  • 7. Guy de Lusignan; si Bijak yang paling dihujat 
  • 8. Baldwin IV; Raja bertopeng yang paling angkuh
  • 9. Richard the Lion Heart; Panglima terbesar Pasukan salib
  • 10.Frederick II
  • 11.Paus Innocent III; pendendam dan pengucil dari Roma
  • 12. Edward I; si Alim dari Inggris, penyulut perang salib jild terakhir. 
  • 13. Vlad Dracula III; Ksatria paling ‘haus darah’