Sejarah Peradaban Mesir Kuno

Sejarah Peradaban Mesir Kuno

Mesir merupakan satu-satunya pusat kebudayaan tertua di benua Afrika yang berasal dari tahun 4000 SM. Hal ini diketahui melalui penemuan sebuah batu tulis didaerah Rosetta oleh pasukan Perancis yang dipimpin Napoleo Bonaparte.



Batu tulis itu berhasil dibaca oleh seorang Perancis yang bernama Jean Francois Champollion (1800) Sehingga sejak tahun itu terbukalah tabir sejarah Mesir Kuno yang berasal dari tahun4000 SM.


Peradaban Mesir Kuno merupakan peradaban regional tertua kedua, yang muncul setelah peradaban Sumeria. Jika orang-orang Sumeria yang membangun sistem drainase dan irigasi di rawa belantara tanah genting di lembah bawah Sugai Trigris dan Eufret. Maka orang-orang Mesir juga melakukan hal sama dengan membuka rawa belantara di lembah bawah dan delta sungai Nil.

Orang-orang Mesir Kuno banyak mengadopsi kebudayaan nenek moyang Neolitik, dan Chalelolitik. Selain itu mereka juga banyak mendapatkan pengaruh dari peradaban Sumeria.

Dalam perkembangannya, peradaban Mesir menjelma menjadi salah satu peradaban paling maju pada masa kuno. Bahkan hingga saat ini, banyak peninggalan dari peradaban tersebut yang membuat peneliti-peneliti masa modern berdecak kagum.

Peradaban Mesir Kuno Di Lembah sungai Nil.

Peradaban Lembah Sungai Nil disebut juga dengan sebutan peradaban Mesir Kuno. Kebesaran dan kejayaan peradaban ini masih dapat dilihat dari bangunan-bangunan bersejarah yang banyak terdapat di Mesir saat ini seperti Piramida, Sphinx, dan Obelisk. Mesir merupakan sebuah wilayah yang terletak di Afrika bagian Utara dan memiliki letak yang strategis karena berada di jalur pertemuan antara Asia, Eropa, dan Afrika.

Sungai Nil yang mengalir di negara ini merupakan sungai terpanjang di dunia. Sungai ini mengalir dari Afrika tengah melewati Mesir dan bermuara di Laut Tengah. Sungai Nil bersumber dari mata air yang terletak di daratan tinggi Afrika Timur. Sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia yaitu mencapai 6400 kilometer. Sungai Nil bersumber dari mata air di dataran tinggi (pegunungan) Kilimanjaro di Afrika Timur.

Pola hidup bangsa Mesir sangat menggantungkan diri kepada kondisi Sungai Nil, apabila musim hujan mereka akan bercocok tanam dan apabila musim kemarau mereka akan menghindar.

Kemampuan bercocok tanam ini bertahan lama sampai jumlah populasinya bertambah banyak dan mengharuskan bangsa Mesir mengembangkan sistem pengaturan air yang baik dan bisa dipergunakan setiap saat. Adanya kerja sama antar individu membentuk sebuah kelompok kecil dan berkembang menjadi kelompok besar yang memerlukan sebuah aturan dalam organisasi yang teratur.

Ada empat negara yang dilewati Sungai Nil, yaitu Uganda, Sudan, Ethiopia, dan Mesir. Herodotus menjuluki Mesir sebagai Hadiah dari Sungai Nil. Hal itu didasarkan dari fakta bahwa peradaban Mesir tumbuh dan berkembang karena kesuburan daerah-daerah di sekitar Sungai Nil. Setiap tahun, Sungai Nil selalu banjir yang membawa lumpur ke daratan Mesir.

Banjir tersebut mengubah padang pasir yang gersang menjadi lembah- lembah yang subur. Lebar Lembah Sungai Nil itu berkisar antara 15-50 km. Pentingnya Sungai Nil bagi perkembangan Peradaban Mesir Kuno dapat dilihat dari kota-kota besar dan kuno Mesir seperti Kairo, Iskandaria, Abusir, dan Rosetta yang terletak di delta-delta muara Sungai Nil.

Delta-Delta yang luas itu terletak di muara Sungai Nil dan tanahnya sangat subur. Sungai Nil yang besar dan panjang bukan hanya digunakan untuk sumber pertaniaan, tetapi juga dipakai untuk lalu lintas perdagangan dari dan keluar Mesir, serta jalur penghubung antara Laut Tengah dan daerah pedalaman.

Sistem Kepercayaan Peradaban Mesir Kuno

Menurut catatan sejarah, bangsa Mesir Kuno menyembah banyak Dewa dan belum menemukan paham Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut kepercayaan Mesir Kuno, para Dewa merupakan makhluk-makhluk yang lebih berkuasa dari pada umat manusia dan mengatur aspek-aspek kehidupan umat manusia. Mereka memberkati manusia, melindungi manusia, menghukum manusia, dan mencabut ajal manusia.

Masyarakat Mesir mengenal pemujaan terhadap dewa-dewa.

Dewa-dewa yang dipuja bangsa Mesir antara lain:

  • Dewa Osiris sebagai dewa tertinggi
  • Dewa Ra sebagai dewa matahari
  • Dewa Thot sebagai dewa pengetahuan
  • Dewa Horus, anak Dewa Osiris
  • Dewa Amon sebagai dewa bulan

Sebagai lambang pemujaan kepada Ra didirikan obelisk yaitu tiang batu yang ujungnya runcing. Obelisk juga dipakai sebagai tempat mencatat kejadian-kejadian. Untuk pemujaan terhadap dewa Amon Ra dibangunlah Kuil Karnak yang sangat indah pada masa Raja Thutmosis III.

Selain dewa nasional maka ada dewa-dewa lokal yang dipuja pada daerah-daerah tertentu seperti Dewa Osiris yaitu hakim alam baka, Dewi Isis yaitu dewi kecantikan isteri Osiris, Dewa Aris sebagai dewa kesuburan dan Dewa Anubis yaitu dewa kematian.

Wujud kepercayaan yang berkembang di Mesir berdasarkan pemahaman sebagai berikut:

1. Penyembahan terhadap dewa berangkat dari ide/gagasan bahwa manusia tidak berdaya dalam menaklukkan alam.
Yang disembah adalah dewa/dewi yang menakutkan seperti dewa Anubis atau yang memberi sumber kehidupan.
Jadi dengan taat menyembah pada dewa, masyarakat lembah sungai Nil berharap tidak menjadi sasaran maut.

2. Kepercayaan yang kedua berkaitan dengan pengawetan jenazah yang disebut mummi. Dasarnya membuat mummi adalah bahwa manusia tidak dapat menghindari dari kehendak dewa maut. Manusia ingin tetap hidup abadi. Agar roh tetap hidup maka jasad sebagai lambang roh harus tetap utuh.

Pemerintahan dan hukum Peradaban Mesir Kuno

Pada awalnya, Sepanjang Lembah Sungai Nil terbagi dalam dua wilayah yaitu Sungai Nil Hulu dan Sungai Nil Hilir. Mesir kuno terdiri atas desa-desa kecil yang sudah berdiri sendiri, mempunyai peraturan, memiliki sistem pemerintahan sendiri, yang kemudian berkembang menjadi kerajaan-kerajaan kecil.

Kerajaan-kerajaan kecil tersebut saling berperang untuk memperebutkan kekuasaan tertinggi. Akhirnya, kurang lebih pada tahun 3.400 sebelum Masehi (SM) berkembang dua kerajaan saja, yaitu Kerajaan Mesir Utara dan Kerajaan Mesir selatan. Pada tahun 3.100 SM, Menes, seorang raja yang menguasai Kerajaan Mesir Utara berhasil mempersatukan dua kerajaan tersebut dan membentuk pemerintahan nasional pertama di Mesir.

Mesir memiliki bentuk pemerintahan yang absolut dengan ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Raja memerintah sekehendak hatinya.
  2. Seluruh kekuasaan ada ditangan raja baik sipil (ekonomi, pemerintahan dan hukum), militer maupun agama.
  3. Rakyat tunduk sepenuhnya terhadap perintah raja, salah satunya wajib membayar pajak.

Sebagai penguasa kehidupan politik dan keagamaan dipegang oleh firaun, Firaun (Pharaoh) ini diistimewakan karena dianggap Dewa Horus, perantara manusia dengan dewa dan pemelihara Sungai Nil.

Untuk menjalankan pemerintahannya Firaun mengangkat para pejabat yang pada umumnya berasal dari golongan bangsawan. Ada pejabat gubernur yang memerintah propinsi, panglima ketentaraan, hakim di pengadilan dan pendeta untuk melaksanakan upacara keagamaan.

Salah satu jabatan penting adalah Wazir atau Perdana Menteri yang umumnya dijabat oleh putra mahkota.
Sejak tahun 3400 SM sejarah Mesir diperintah oleh 30 dinasti yang berbeda yang terdiri dari tiga jaman yaitu Kerjaan Mesir Tua yang berpusat di Memphis, Kerajaan Tengah di Awaris dan Mesir Baru di Thebe.

1. Mesir Tua


Menes mendirikan ibukota kerajaannya di Memphis. Raja Menes adalah raja pertama yang mengawali berdirinya dinasti yang disebut Firaun (Pharaoh).

Raja-raja Mesir diberi gelar Firaun atau Pharaoh. Firaun memiliki hak yang tidak terbatas dengan tujuan memberi kedamaian dan kemakmuran bagi bangsanya. Kerajaan Mesir Tua beribukota Memphis. Pada zaman Mesir Tua, sudah dibangun makam-makam raja dalam bentuk piramid dan patung dari batu. Piramid ini dibuat oleh rakyat karena kepercayaan bahwa raja Mesir adalah titisan dewa.

Raja-raja yang termasyhur pada zaman ini di antaranya Khufu, Kefre, dan Menkaure. Setelah raja-raja tersebut meninggal, kondisi keamanan di Mesir menjadi lemah, hal ini disebabkan oleh adanya perubahan kepercayaan rakyat bahwa raja adalah keturunan dewa dan timbulnya kerajaan-kerajaan kecil.

2. Mesir Pertengahan


Setelah terjadi perpecahan, Mesir kembali disatukan oleh raja Sesotris III dari Thebe. Bahkan Sesotris III mengembangkan wilayahnya dengan menguasai Nubia dan Palestina. Pada masa pemerintahan Amenemhet III terjadi penambangan emas di Gurun Sinai dan mendirikan kelompok besar istana yang dinamakan labyrinth.

Setelah kematian Amenemhet III, muncul serangan dari bangsa Hykos yang berasal dari Palestina dan mereka dapat menguasai Mesir. Kedatangan bangsa Hykos memperkenalkan teknologi peralatan dari perunggu, seperti peralatan pertanian, senjata dan alat rumah tangga. Bangsa Hykos menetapkan Kota Awaris sebagai ibukota Mesir yang baru.

3. Mesir Baru (Muda)


Bangsa Mesir dapat merebut kembali kekuasaannya dari bangsa Hykos. Raja yang paling berjasa dalam perebutan kekuasaan dari bangsa Hykos adalah Firaun Ahmosis karena ia sendiri yang memimpin serangan. Kekuasaan Mesir sempat meluas ke Babylonia, Assyria, Cicillia, Cyprus pada saat kekuasaan Tutmosis II.

Antara tahun 1367-1350 SM pada masa pemerintahan Amenhotep IV atau Akhenaton dan Nefertiti mengajarkan monotheisme kepada bangsa Mesir dengan menganggap Dewa Matahari sebagai satu-satunya dewa.

Akibat adanya pertentangan dengan para pendeta agama Amon, Amenhotep IV memindahkan ibukota dari Thebe ke Al Amama. Setelah Amenhotep IV meninggal, perselisihan tentang agama tidak terjadi lagi dan pendeta menunjuk Tut-Aankh-Amon atau Tutankhamon sebagai firaun dan diharuskan tunduk kepada pendeta agama Amon.

Kekuasaan Mesir akhirnya selalu digantikan oleh negara lain yang menjatuhkannya. Ini terjadi sejak pemerintahan Raja Ramses III (1198-1167 SM) berakhir.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Peradaban Mesir Kuno.

Bangsa Mesir kuno terkenal memiliki teknologi dan kebudayaan yang tinggi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan berbagai bangunan raksasa yang terdapat di Mesir. Selain itu, bangsa Mesir terkenal dengan berbagai penemuannya sebagai berikut.

Hieroglyph

Hieroglyph adalah nama huruf kebudayaan Mesir Kuno. Bentuk hurufnya dalah piktograf dimana setiap gambar mewakili satu huruf. Hieroglyph ini ditulis pada sebuah media kertas dari papirus, tumbuhan, atau dipahat.

Tulisan Hieroglyph ditemukan di dinding piramida, tugu obelisk, maupun daun papirus. Huruf Hieroglyph terdiri atas gambar dan lambang berbentuk manusia, hewan, dan benda-benda. Setiap lambing memiliki makna.

Tulisan Hieroglyph berkembang menjadi lebih sederhana kemudian dikenal dengan tulisan hieratik dan demotis. Tulisan hieratic atau tulisan suci dipergunakan oleh para pendeta. Demotis adalah tulisan rakyat yang dipergunakan untuk urusan keduniawian misalnya jual beli.

Orang Mesir Kuno telah mengenal tulisan sejak sekitar tahun 4000 SM. Tulisan mereka berupa gambar atau lambang-lambang. Orang Yunani menyebutnya tulisan Hierogliph. Kata Hierogliph berasal dari kata-kata hieros yang berarti “suci” gliphein yang berarti “memahat atau menggaris” dan kata gramma yang berarti “huruf”.

Jadi, Hierogliph mengandung arti “huruf suci yang di pahat”. Semula tulisan itu dipahat di atas batu atau kayu. Kemudian, tulisan itu ditulis pada daun papirus. Papirus adalah semacam kertas yang dibuat dari daun papirus. Kata papirus dalam bahasa Inggris menjadi paper, artinya “kertas”. Pena yang dipergunakan untuk menulis dibuat dari jerami. Oleh kareni itu, semua kegiatan pada masa itu dapat dicatat seperti ajaran agama, administrasi pemerintahan, transaksi jual beli dan lain-lain.

Astronomi

Kehidupan agraris banga Mesir mempengaruhi terhadap pengetahuannya yang tinggi. Untuk mengetahui waktu bercocok tanam, panen atau berdagang dilihat dari siklus musim yang datang setiap tahunnya.

Sistem pengawetan

Kepercayaan bahwa roh yang meninggal masih tetap berada pada jasadnya apabila tidak rusak. Dari kepercayaan ini timbul usaha untuk mengawetkan orang yang sudah meninggal dengan menggunakan rempah-rempah atau ramuan lainnya supaya tidak tercium bau busuk.

Arsitektur

Peninggalan-peninggalan Mesir berupa patung dan bangunan yang besar menunjukkan adanya teknologi pembuatannya, apalagi semua ukuran patung dan bangunan tersebut berukuran besar, seperti piramid (makam para firaun), sphinx (singa berkepala manusia sebagai lambang kekuatan dan kebijaksanaan) dan obelisk (tugu batu untuk memuja Dewa Amon Ra).

Karya arsitektur bangsa Mesir Kuno yang paling terkenal antara lain, Piramida Giza dan kuil di Thebes. Proyek pembangunan dikelola dan didanai oleh pemerintah untuk tujuan religius, sebagai bentuk peringatan, maupun untuk menunjukkan kekuasaan firaun.

Bangsa Mesir Kuno mampu membangun struktur batu dengan peralatan sederhana namun efektif, dengan tingkat akurasi dan presisi yang tinggi. Kediaman baik untuk kalangan elit maupun masyarakat biasa dibuat dari bahan yang mudah hancur seperti batu bata dan kayu, karenanya tidak ada satu pun yang terisa saat ini.

Kaum tani tinggal di rumah sederhana, di sisi lain, rumah kaum elit memiliki struktur yang rumit.Beberapa istana Kerajaan Baru yang tersisa, seperti yang terletak di Malkata dan Amarna, menunjukkan tembok dan lantai yang dipenuhi hiasan dengan gambar pemandangan yang indah. Struktur penting seperti kuil atau makam dibuat dengan batu agar dapat bertahan lama.

Kuil-kuil tertua yang tersisa, seperti yang terletak di Giza, terdiri dari ruang tunggal tertutup dengan lembaran atap yang didukung oleh pilar. Pada Kerajaan Baru, arsitek menambahkan pilon, halaman terbuka, dan ruangan hypostyle, gaya ini bertahan hingga periode Yunani-Romawi.

Arsitektur makam tertua yang berhasil ditemukan adalah mastaba, struktur persegi panjang dengan atap datar yang terbuat dari batu dan bata. Struktur ini biasanya dibangun untuk menutupi ruang bawah tanah untuk menyimpan mayat.

Salah satu kontribusi penting lain bangsa Mesir dalam peradaban.

Kemajuan dalam bidang seni tulisan, khususnya pengenalan terhadap alphabet Literatur tertua tercantum pada teks-teks piramida yang disebut dengan teks tertua tentang pemikiran manusia. Teks yang berkenaan dengan agama dapat dijumpai pada dinding-dinding makam raja ke-5 dan ke-6 yang berisi tentang mantra-mantra magis, mitos dan nyanyian religius.

Sementara literatur pada masa pertengahan lebih kaya dan bervariasi serta bersifat sekuler (Wallbank, 1949: 64). Banyak ditemukan cerita-cerita romantis, tenggelamnya kapal dan sebagainya. Tetapi cerita yang penting adalah legenda tentang Yusuf dan saudaranya. Di samping itu juga ditemukan syair-syair bernuansa religious yang diekspresikan secara filosofis.

Sistem penanggalan sudah dikenal dengan baik, penetapan jumlah hari sebanyak tiga puluh dalam satu bulan dan jumlah bulan sebanyak dan belas dalam satu tahun setiap akhir tahun ditambah dengan lima hari. Dalam bidang ilmu pengetahuan, bangsa Mesir adalah pertama kali dalam matematika terapan, tetapi mereka sedikit kemajuan dalam bidang fisika dan astronomi.

Sistem Perekonomian Mesir Kuno

Sebagian besar perekonomian diatur secara ketat dari pusat. Bangsa Mesir Kuno belum mengenal uang koin hingga Periode Akhir sehingga mereka menggunakan sejenis uang barter berupa karung beras dan beberapa deben (satuan berat yang setara dengan 91 gram) tembaga atau perak sebagai denominatornya.

Pekerja dibayar menggunakan biji-bijian, pekerja kasar biasanya hanya mendapat 5 karung (200kg) biji-bijian per bulan sementara mandor bisa mencapai 7 karung (250kg) per bulan. Harga tidak berubah di seluruh wilayah negara dan biasanya dicatat utuk membantu perdagangan, misalnya kaus dihargai 5 deben tembaga sementara sapi bernilai 140 deben.

Pada abad ke 5 sebelum masehi, uang koin mulai dikenal di Mesir. Awalnya koin digunakan sebagai nilai standar dari logam mulia dibanding sebagai uang yang sebenarnya, baru beberapa abad kemudian uang koin mulai digunakan sebagai standar perdagangan.

Sistem Kesenian Mesir Kuno.

Patung dada Nefertiti, karya Thutmose, adalah salah satu mahakarya terkenal bangsa Mesir Kuno. Bangsa Mesir Kuno memproduksi seni untuk berbagai tujuan. Selama 3500 tahun, seniman mengikuti bentuk artistik dan ikonografi yang dikembangkan pada masa Kerajaan Lama.

Aliran ini memiliki prinsip-prinsip ketat yang harus diikuti, mengakibatkan bentuk aliran ini tidak mudah berubah dan terpengaruh aliran lain. Standar artistik garis-garis sederhana, bentuk, dan area warna yang datar dikombinasikan dengan karakteristik figure yang tidak memiliki kedalaman spasial menciptakan rasa keteraturan dan keseimbangan dalam komposisinya.

Perpaduan antara teks dan gambar terjalin dengan indah baik di tembok makam dan kuil, peti mati, maupun patung.Seniman Mesir Kuno dapat menggunakan batu dan kayu sebagai bahan dasar untuk memahat. Cat didapatkan dari mineral seperti bijih besi (merah dan kuning), bijih perunggu (biru dan hijau), jelaga atau arang (hitam), dan batu kapur (putih).

Cat dapat dicampur dengan gum arab sebagai pengikat dan ditekan (press), disimpan untuk kemudian diberi air ketika hendak digunakan. Firaun menggunakan relief untuk mencatat kemenangan di pertempuran, dekrit kerajaan, atau peristiwa religius.

Di masa Kerajaan Pertengahan, model kayu atau tanah liat yang menggambarkan kehidupan sehari-hari menjadi populer untuk ditambahkan di makam. Sebagai usaha menduplikasi aktivitas hidup di kehidupan setelah kematian, model ini diberi bentuk buruh, rumah, perahu, bahkan formasi militer.

Sistem Teknologi Mesir Kuno

Bangsa Mesir kuno telah mampu mengembangkan sebuah material kilap yang dikenal sebagai tembikar glasir bening, yang dianggap sebagai bahan artifisial yang cukup berharga. Tembikar glasir bening adalah keramik yang terbuat dari silika, sedikit kapur dan soda, serta bahan pewarna, biasanya tembaga. Tembikar glasir bening digunakan untuk membuat manik-manik, ubin, arca, dan lainnya.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menciptakan tembikar glasir bening, namun yang sering digunakan adalah menaruh bahan baku yang telah diolah menjadi pasta di atas tanah liat, kemudian membakarnya. Dengan teknik yang sama, bangsa Mesir kuno juga dapat memproduksi sebuah pigmen yang dikenal sebagai Egyptian Blue, yang diproduksi dengan menggabungkan silika, tembaga, kapur dan sebuah alkali seperti natron.

Bangsa mesir kuno juga mampu membuat berbagai macam objek dari kaca, namun tidak jelas apakah mereka mengembangkan teknik itu sendiri atau bukan. Tidak diketahui pula apakah mereka membuat bahan dasar kaca sendiri atau mengimpornya, untuk kemudian dilelehkan dan dibentuk, namun mereka dipastikan memiliki kemampuan teknis untuk membuat objek dan menambahkan elemen mikro untuk mengontrol warna dari kaca tersebut. Banyak warna yang dapat mereka ciptakan, termasuk di antaranya kuning, merah, hijau, biru, ungu, putih, dan transparan.

Sistem Militer Mesir Kuno


Angkatan perang Mesir kuno bertanggung jawab untuk melindungi Mesir dari serangan asing, dan menjaga kekuasaan Mesir di Timur Dekat Kuno. Tentara Mesir kuno melindungi ekspedisi penambangan ke Sinai pada masa Kerajaan Lama, dan terlibat dalam perang saudara selama Periode Menengah Pertama dan Kedua.

Angkatan perang Mesir juga bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan terhadap jalur perdagangan penting, seperti kota Buhen pada jalan menuju Nubia. Benteng-benteng juga didirikan, seperti benteng di Sile, yang merupakan basis operasi penting untuk melancarkan ekspedisi ke Levant.

Pada masa Kerajaan Baru, firaun menggunakan angkatan perang Mesir untuk menyerang dan menaklukan Kerajaan Kush dan sebagian Levant. Peralatan militer yang digunakan pada masa itu adalah panah, tombak, dan perisai berbahan dasar kerangka kayu dan kulit binatang. Pada masa Kerajaan Baru, angkatan perang mulai menggunakan kereta perang yang awalnya diperkenalkan oleh penyerang dari Hyksos.

Senjata dan baju zirah terus berkembang setelah penggunaan perunggu, perisai dibuat dari kayu padat dengan gesper perunggu, ujung tombak dibuat dari perunggu, dan Khopesh (berasal dari tentara Asiatik) mulai digunakan. Tentara direkrut dari penduduk biasa; namun, selama dan terutama sesudah masa Kerajaan Baru, tentara bayaran dari Nubia, Kush, dan Libya dibayar untuk membantu Mesir.

Sistem Pengobatan mesir kuno

Tabib-tabib Mesir Kuno termasyhur dengan kemampuan pengobatan mereka dan beberapa, seperti Imhotep, tetap dikenang meskipun telah lama meninggal. Herodotus mengatakan bahwa terdapat pembagian spesialisasi yang tinggi di antara tabib-tabib Mesir, misalnya beberapa tabib hanya mengobati permasalahan pada kepala atau perut, sementara yang lain hanya mengobati masalah mata atau gigi.

Pelatihan untuk tabib terletak di Per Ankh atau institusi “Rumah Kehidupan,” yang paling terkenal terletak di Per-Bastet semasa Kerajaan Baru dan di Abydos serta Sais di Periode Akhir. Sebuah papirus medis menunjukkan bahwa bangsa Mesir memiliki pengetahuan empiris soal anatomi, luka, dan perawatannya.

Luka-luka dirawat dengan cara membungkusnya dengan daging mentah, linen putih, jahitan, jaring, blok, dan kain yang dilumuri madu untuk mencegah infeksi. Mereka juga menggunakan opium untuk mengurangi rasa sakit. Bawang putih maupun merah dikonsumsi secara rutin untuk menjaga kesehatan dan dipercaya dapat mengurangi gejala asma.

Ahli bedah mesir mampu menjahit luka, memperbaiki tulang yang patah, dan melakukan amputasi. Mereka juga mengetahui bahwa ada beberapa luka yang sangat serius sehingga yang dapat mereka lakukan hanyalah mebuat pasien merasa nyaman menjelang ajalnya.

Bahasa Mesir Kuno

Bahasa Mesir Kuno baru dapat dibaca di abad modern setelah ditemukannya sebuah prasasti perjanjian yang disebut dengan Batu Rosetta. Batu ini ditulis dengan bahasa Yunani Kuno, bahasa hieroglif, dan demotik. Bahasa demotik sendiri memiliki bentuk yang lebih sederhana dari hieroglif.

Setelah Kerajaan Mesir Kuno runtuh, maka tidak ada yang dapat membaca huruf-huruf hieroglif, sehingga bahasa Mesir ini merupakan suatu “teka-teki” yang sulit dipecahkan. Sejak adanya batu Rosetta, sekarang bahasa Mesir kuno dapat dianalisa. Berikut para ahli membagi bahasa Mesir ke dalam enam tahap.

  • Bahasa Mesir Kuno (sebelum 2600 SM)
  • Bahasa Mesir Lama (2600 SM – 2000 SM)
  • Bahasa Mesir Pertengahan (2000 SM – 1300 SM)
  • Bahasa Mesir Akhir (1300 SM – 700 SM)
  • Bahasa Mesir Demotik (abad ke-7 SM – abad ke-5 M)
  • Bahasa Koptik (abad ke-4 M – abad ke-17 M).

Ritual Mesir Kuno

Ritual yang berkembang pada saat itu disebut sebagai ritual Ozres yang meyakini bahwa setiap manusia baik raja atau rakyat biasa akan dimintai pertanggung jawaban atas perbuatannya selama hidup di dunia.

Adapun yang memiliki wewenang untuk menjatuhkan putusan adalah Ozres yang di bantu oleh Dewa kebijaksanaan dan Ilmu yang bernama Taut, Onbez (Dewa pengubur mayat sekaligus penunjuk jalan di akhirat), Horez (anak Ozres), Ma’at (Dewa kebenaran dan keadilan) serta 42 hakim lainnya.

Dalam kepercayaan mesir kuno, jenazah orang mati akan diserahkan kepada Onbez untuk diambil hatinya kemudian diletakkan diatas piring neraca dan di sisi lainnya diletakkan miniatur dewa Ma’at. Kemudian dewa Taut berdiri disamping neraca melihat dan mencatat hasil timbangannya.

Setelah itu diserahkan kepada Ozres yang berdiri didekat Dewa Amayit (dewa berkepala buaya dan berbadan singa, yang bertugas menerkam mayat yang memiliki catatan amal perbuatan buruk). Gambar hati yang ditimbang melambangkan amal dan perbuatan si mayyit selama hidup. Mereka menggunakan gambar hati karena menurut keyakinan mereka, hatilah yang menyaksikan semua perbuatan manusia selama hidup di dunia.

Munculnya peradaban sangat terkait dengan eksistensi manusia dan kondisi lingkungan melalui interaksi aktif dan imaginatif. Secara umum Mesir adalah kawasan subur yang sangat mendukung terbentuknya masyarakat yang berbudaya dan berperadaban.

Struktur social Mesir adalah konkrit, spesifik dan praktis. Peradaban di lembah Mesopotamia dan kawasan bulan sabit bersifat lebih non fisik jika dibanding dengan Mesir. Mesir lebih menonjolkan aspek religius. Sistem politik di kawasan Mesir, yaitu absolutism dan menganggap raja sebagai dewa, Efektivitas terbentuknya peradaban besar sangat ditentukan oleh kekuatan politik dan ekonomi.

Para raja periode awal di Mesir adalah contoh lain yang menghasilkan banyak bangunan pyramid. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan kesenian, Mesir bersifat aplikatif. Di Mesir doktrin agama lebih menonjol. Aspek ekonomi Mesir didasarkan pada pertanian dan perdagangan.