Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia

Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Peta Ilustrasi

RancaxIndonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Diperkirakan sekitar 199.959.285 jiwa atau 85,2% dari total jumlah penduduknya.



Masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia hingga bisa mencapai jumlah mayoritas yang begitu besar ternyata telah melalui sejarah yang sangat panjang.

Seperti apa perjalana sejarah Islam di Indonesia tersebut, silakan simak pembahasan kami berikut.

Menurut para ahli sejarah Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah memulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.

Terkait dengan sejarah masuknya Islam ke Indonesia, ada beberapa teori dan pendapat yang menyatakan kapan sebetulnya pengaruh kebudayaan dan agama Islam mulai masuk ke nusantara.

Pendapat-pendapat tersebut bukan hanya didasarkan pada bukti-bukti yang telah ditemukan, melainkan juga dikuatkan oleh adanya catatan-catatan sejarah yang dibuat oleh bangsa lain di masa lampau.

Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Jalur Pelabuhan Perdagangan

1. Masuknya Islam sejak Abad ke-7 Masehi

Sebagian ahli sejarah menyebut jika sejarah masuknya Islam ke Indonesia sudah dimulai sejak abad ke 7 Masehi.

Pendapat ini didasarkan pada berita yang diperoleh dari para pedagang Arab. Dari berita tersebut, diketahui bahwa para pedagang Arab ternyata telah menjalin hubungan dagang dengan Indonesia pada masa perkembangan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke 7.

Dalam pendapat itu disebutkan bahwa wilayah Indonesia yang pertama kali menerima pengaruh Islam adalah daerah pantai Sumatera Utara atau wilayah Samudra Pasai. Wilayah Samudra Pasai merupakan pintu gerbang menuju wilayah Indonesia lainnya. Dari Samudra Pasai, melalu jalur perdagangan agama Islam menyebar ke Malaka dan selanjutnya ke Pulau Jawa.

Pada abad ke 7 Masehi itu pula agama Islam diyakini sudah masuk ke wilayah Pantai Utara Pulau Jawa. Masuknya agama Islam ke Pulau Jawa pada abad ke 7 Masehi didasarkan pada berita dari China masa pemerintahan Dinasti Tang. Berita itu menyatakan tentang adanya orang-orang Ta’shih (Arab dan Persia) yang mengurungkan niatnya untuk menyerang Kaling di bawah pemerintahan Ratu Sima pada tahun 674 Masehi.

2. Masuknya Islam sejak Abad ke-11 Masehi 

Sebagian ahli sejarah lainnya berpendapat bahwa sejarah masuknya Islam ke Indonesia dimulai sejak abad ke 11 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada bukti adanya sebuah batu nisan Fatimah binti Maimun yang berada di dekat Gresik Jawa Timur. Batu nisan ini berangka tahun 1082 Masehi.

3. Masuknya Islam sejak Abad ke-13 Masehi 

Di samping kedua pendapat di atas, beberapa ahli lain justru meyakini jika sejarah masuknya Islam ke Indonesia baru dimulai pada abad ke 13 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada beberapa bukti yang lebih kuat, di antaranya dikaitkan dengan masa runtuhnya Dinasti Abassiah di Baghdad (1258), berita dari Marocopolo (1292), batu nisan kubur Sultan Malik as Saleh di Samudra Pasai (1297), dan berita dari Ibnu Battuta (1345). Pendapat tersebut juga diperkuat dengan masa penyebaran ajaran tasawuf di Indonesia. 

Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Ilustrasi Teori Gujarat


Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

Bagaimana Islam masuk ke Indonesia sangat berbeda dengan masuknya agama lain ke Indonesia yang banyak menggunakan cara-cara penindasan, peperangan, serta pemaksaan.

Islam masuk ke Indonesia dengan cara yang penuh kedamaian serta cinta kasih.
Perkembangan islam di Indonesia dijalankan dengan penuh kesabaran serta kegigihan sebab tidak mudah untuk menjelaskan Islam kepada masyarakat pada saat itu.

Tidak ada paksaan dalam penyebarannya sebab perilaku-perilaku itu memang sangat bertentangan dengan ajaran Islam seperti yang disebutkan didalam Al-Quran, salah satunya pada surah Al-Baqarah ayat 256.

Berikut beberapa cara dan proses penyebaran agama islam di Nusantara.

Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Perdagangan

Perkembangan Islam di Indonesia Melalui Jalur Perdagangan

Salah satu jalan masuknya Islam di Indonesia adalah melaui perdagangan. Hal ini terjadi sebab kebanyakan dari orang melayu pada saat itu banyak berhubungan dengan para pedagang-pedagang arab hingga terjalin hubungan yang sangat dekat satu sama lain.

Kedekatan antara pedagang melayu dengan para pedagang arab inilah yang menjadi jalan dakwah bagi para pedagang arab yang bukan hanya mencari keuntungan duniawi namun juga mencari amal dan keberkahan dengan jalan menyebarkan agama Islam.

Pelan tapi pasti, Akhirnya banyak dari orang-orang melayu yang memeluk agama Islam.
Seiring berjalannya waktu, Perkembangan islam di Indonesia menjadi semakin besar yang ditandai dengan berdirinya kerajaan Islam Malaka dan Kerajaan Samudra Pasai.

Besarnya pengaruh Islam saat itu akhirnya membawa banyak ulama-ulama Islam datang ke Indonesia yang akhirnya semakin memperkokoh penyebaran agama ini di Nusantara.

Perkembangan Islam di Indonesia Melalui Pendekatan Kultural

Setelah masuk dan tersebar melalui jalur perdagangan, Proses penyebarannya di Nusantara juga dilakukan dengan pendekatan seni dan budaya.
Penyebaran dengan pendekatan kultural bayak di lakukan oleh para wali di pulau jawa.

Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam dengan pendekatan seni wayang kulit. Sunan Kalijaga melakukan pementasa wayang yang dulunya banyak di dominasi oleh ajaran-ajaran hindu diganti dengan konten yang bernuansa Islam.

Sunan Muria melakukan dakwah dengan pendekatan seni gamelan.
Sunan Giri melakukan dakwah dengan membuat banyak mainan-mainan edukasi kepada anak-anak.

Pendekatan pendekatan kultural yang dilakukan oleh para Wali tersebut tidak lepas dari kondisi masyarakat Indonesia saat itu yang sangat menggemari seni.

Penyebaran Agama Islam di Indonesia Melalui Pendidikan

Cara lain yang menjadi jalan penyebaran agama Islam di Indonesia adalah dengan jalan pendidikan.

Pesantren-pesantren banyak dibangun sebagai pusat pendidikan untuk membentuk da’i-da’i dan muballiq yang menjadi perpanjangan tangan penyebaran agama ini ke penjuru Indonesia.

Datuk Ribandang merupakan salah satu keluaran dari pesantren Sunan Giri yang berhasil Meng-Islam-kan kerajaan Gowa-Tallo pada saat itu.

Selain itu Masih banyak lagi da’i-da’i keluaran pesantren yang tersebar ke berbagai pulai di Indonesia. Hingga saat ini, Pesantren masih tetap menjadi salah satu strategi yang paling efektif dalam penyebaran ajaran agama Islam.

Penyebaran Agama Islam Dengan Kekuatan Politik

Tidak bisa dipungkiri bahwa kekuatan politik juga memegang peranan yang cukup besar dalam penyebaran agama Islam di Indonesia. Dalam hal ini yaitu dukungan dari para sultan-sultan yang memimpin kerajaan.

Kesultanan Demak merupakan salah satu pusat dakwah dan serta pelindung dalam penyebaran Islam di nusantara. Selai itu, Kerajaan Gowa Tallo di sulawesi juga membukakan perlindungan bagi para da’i-da’i yang menyebarkan ajaran agama ini di daerahnya.

Para raja dan sultan di nusantara saling berkomunikasi dan tolong menolong dalam mengawal proses perkembangan dakwah di indonesia. Dan dari kerja sama itulah akhirnya menjadi bibit awal terbentuknya negara Indonesia.

Alasan Agama Islam Mudah Diterima Masyarakat Indonesia.

Proses penyebaran Islam di Indonesia berjalan dengan cepat karena didukung faktor sebagai berikut :

Syarat masuk Islam sangat mudah karena seseorang dianggap telah masuk Islam jika ia telah mengucapkan kalimah syahadat. Pelaksanaan ibadah sederhana dan biayanya murah. Agama Islam tidak mengenal pembagian kasta sehingga banyak kelompok masyarakat yang masuk Islam karena ingin memperoleh derajat yang sama.

Aturan-aturan dalam Islam bersifat fleksibel dan tidak memaksa. Agama Islam yang masuk dari Gujarat, India mendapat pengaruh Hindu dan tasawuf sehingga mudah dipahami.

Penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan secara damai tanpa kekerasan dan disesuaikan dengan kondisi sosial budaya yang ada. Runtuhnya kerajaan Majapahit pada akhir abad ke 15 yang memudahkan penyebaran Islam tanpa ada pembatasan dari otoritas kerajaan Hindu-Budha.

Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah Nusantara

1. Di Sumatra

Wilayah Nusantara yang mula-mula dimasuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatra dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara yang kemudian di masing-masing kedua daerah tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan Samudra Pasai.

Menurut keterangan Prof. Ali Hasmy dalam makalah pada seminar “Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh” yang digelar tahun 1978 disebutkan bahwa kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan Perlak. Namun ahli sejarah lain telah sepakat, Samudra Pasailah kerajaan Islam yang pertama di Nusantara dengan rajanya yang pertama adalah Sultan Malik Al-Saleh (memerintah dari tahun 1261 s.d 1297 M).

Sultan Malik Al-Saleh sendiri semula bernama Marah Silu. Setelah mengawini putri raja Perlak kemudian masuk Islam berkat pertemuannya dengan utusan Syarif Mekkah yang kemudian memberi gelar Sultan Malik Al-Saleh.

Kerajaan Pasai sempat diserang oleh Majapahit di bawah panglima Gajah Mada, tetapi bisa dihalau. Ini menunjukkan bahwa kekuatan Pasai cukup tangguh dikala itu. Baru pada tahun 1521 di taklukkan oleh Portugis dan mendudukinya selama tiga tahun. Pada tahun 1524 M Pasai dianeksasi oleh raja Aceh, Ali Mughayat Syah.

Selanjutnya kerajaan Samudra Pasai berada di bawah pengaruh keSultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam (sekarang dikenal dengan kabupaten Aceh Besar).

Munculnya kerajaan baru di Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam, hampir bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Malaka karena Portugis. Dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan Ibrahim kerajaan Aceh terus mengalami kemajuan besar.

Saudagar-saudagar muslim yang semula berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatannya ke Aceh. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Iskandar Muda Mahkota Alam ( 1607 - 1636).

Kerajaan Aceh ini mempunyai peran penting dalam penyebaran Agama Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Para da’i, baik lokal maupun yang berasal dari Timur Tengah terus berusaha menyampaikan ajaran Islam ke seluruh wilayah Nusantara.

Hubungan yang telah terjalin antara kerajaan Aceh dengan Timur Tengah terus semakin berkembang. Tidak saja para ulama dan pedagang Arab yang datang ke Indonesia, tapi orang-orang Indonesia sendiri banyak pula yang hendak mendalami Islam datang langsung ke sumbernya di Mekah atau Madinah.

Kapal-kapal dan ekspedisi dari Aceh terus berlayar menuju Timur Tengah pada awal abad ke 16. Bahkan pada tahun 974 H. atau 1566 M dilaporkan ada 5 kapal dari kerajaan Asyi (Aceh) yang berlabuh di bandar pelabuhan Jeddah. Ukhuwah yang erat antara Aceh dan Timur Tengah itu pula yang membuat Aceh mendapat sebutan Serambi Mekah.

2. Di Jawa

Benih-benih kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah dimulai pada abad pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan oleh Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa pada tahun 674 M sampai tahun 675 M. sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah di tanah Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar sebagai pedagang.

Bisa jadi Muawiyah saat itu baru penjajagan saja, tapi proses dakwah selanjutnya dilakukan oleh para da’i yang berasal dari Malaka atau kerajaan Pasai sendiri. Sebab saat itu lalu lintas atau jalur hubungan antara Malaka dan Pasai disatu pihak dengan Jawa dipihak lain sudah begitu pesat.

Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Wali Songo

Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para Wali Songo.

A. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik

Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di Gapura Wetan Gresik .

B. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)

Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M.

Jasa-jasa Sunan Ampel :


  • Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir para mubalig kenamaan seperti : Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan Demak pertama), Raden Makhdum (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Maulana Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan Islam ke daerah Blambangan.
  • Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang dibangun pada tahun 1479 M.
  • Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Patah sebagai Sultan pertama.


C. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)

Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.

D. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)

Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau wafat tahun 1515 M.

E. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)

Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.

F. Sunan Drajat

Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang). Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.

G. Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)

Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para wali.

H. Sunan Kudus

Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.

I. Sunan Muria

Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.

Diparuh awal abad 16 M, Jawa dalam genggaman Islam. Penduduk merasa tentram dan damai dalam ayoman keSultanan Demak di bawah kepemimpinan Sultan Syah Alam Akbar Al Fatah atau Raden Patah.

Hidup mereka menemukan pedoman dan tujuan sejatinya setelah mengakhiri masa Siwa-Budha serta animisme. Merekapun memiliki kepastian hidup bukan karena wibawa dan perbawa sang Sultan, tetapi karena daulah hukum yang pasti yaitu syari’at Islam

“Salokantara” dan “Jugul Muda” itulah dua kitab undang-undang Demak yang berlandaskan syari’at Islam. Dihadapan peraturan negeri pengganti Majapahit itu, semua manusia sama derajatnya, sama-sama khalifah Allah di dunia. Sultan-Sultan Demak sadar dan ikhlas dikontrol oleh kekuasaan para Ulama atau Wali. Para Ulama itu berperan sebagai tim kabinet atau merangkap sebagai dewan penasehat Sultan.

Dalam versi lain dewan wali sanga dibentuk sekitar 1474 M. oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel), membawahi Raden Hasan, Maftuh Ibrahim, Qasim (Sunan Drajat) Usman Haji (ayah Sunan Kudus, Raden Ainul Yakin (Sunan Gresik), Syekh Sutan Maharaja Raden Hamzah, dan Raden Mahmud.

Beberapa tahun kemudian Syekh Syarif Hidayatullah dari Cirebon bergabung di dalamnya. Sunan Kalijaga dipercaya para wali sebagai muballig keliling. Disamping wali-wali tersebut, masih banyak Ulama yang dakwahnya satu kordinasi dengan Sunan Ampel hanya saja, sembilan tokoh Sunan Wali Sanga yang dikenal selama ini memang memiliki peran dan karya yang menonjol dalam dakwahnya.

3. Di Sulawesi

Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin hubungan dari pulau ke pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula yang mengantar dakwah menembus dan merambah Celebes atau Sulawesi.

Menurut catatan company dagang Portugis pada tahun 1540 saat datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah ditemui pemukiman muslim di beberapa daerah. Meski belum terlalu banyak, namun upaya dakwah terus berlanjut dilakukan oleh para da’i di Sumatra, Malaka dan Jawa hingga menyentuh raja-raja di kerajaan Gowa dan Tallo atau yang dikenal dengan negeri Makasar, terletak di semenanjung barat daya pulau Sulawesi.

Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan kerajaan Ternate dibawah pimpinan Sultan Babullah yang telah menerima Islam lebih dahulu. Melalui seorang da’i bernama Datuk Ri Bandang agama Islam masuk ke kerajaan ini dan pada tanggal 22 September 1605 Karaeng Tonigallo, raja Gowa yang pertama memeluk Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin Al Awwal (1591-1636 ) dan diikuti oleh perdana menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa.

Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam Gowa Tallo menyampaikan pesan Islam kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone. Raja Luwu segera menerima pesan Islam diikuti oleh raja Wajo tanggal 10 Mei 1610 dan raja Bone yang bergelar Sultan Adam menerima Islam tanggal 23 November 1611 M.

Dengan demikian Gowa (Makasar) menjadi kerajaan yang berpengaruh dan disegani. Pelabuhannya sangat ramai disinggahi para pedagang dari berbagai daerah dan manca negara. Hal ini mendatangkan keuntungan yang luar biasa bagi kerajaan Gowa (Makasar). Puncak kejayaan kerajaan Makasar terjadi pada masa Sultan Hasanuddin (1653-1669).

Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Mesjid Sejarah Kalimantan

4. Di Kalimantan

Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo melalui tiga jalur. Jalur pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar sebab para muballig dan komunitas muslim kebanyakan mendiamai pesisir barat Kalimantan.

Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para muballig dari tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya saat kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan banyak Muballig ke negeri ini. Para da’i tersebut berusaha mencetak kader-kader yang akan melanjutkan misi dakwah ini.

Maka lahirlah ulama besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Jalur ketiga para da’i datang dari Sulawesi (Makasar) terutama da’i yang terkenal saat itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.

A. Kalimantan Selatan

Masuknya Islam di Kalimantan Selatan adalah diawali dengan adanya krisis kepemimpinan dipenghujung waktu berakhirnya kerajaan Daha Hindu. Saat itu Raden Samudra yang ditunjuk sebagai putra mahkota oleh kakeknya, Raja Sukarama minta bantuan kepada kerajaan Demak di Jawa dalam peperangan melawan pamannya sendiri, Raden Tumenggung Sultan Demak (Sultan Trenggono) menyetujuinya, asal Raden Samudra kelak bersedia masuk Islam.

Dalam peperangan itu Raden Samudra mendapat kemenangan. Maka sesuai dengan janjinya ia masuk Islam beserta kerabat keraton dan penduduk Banjar. Saat itulah tahun (1526 M) berdiri pertama kali kerajaan Islam Banjar dengan rajanya Raden Samudra dengan gelar Sultan Suryanullah atau Suriansyah.

Raja-raja Banjar berikutnya adalah Sultan Rahmatullah (putra Sultan Suryanullah), Sultan Hidayatullah (putra Sultan Rahmatullah dan Marhum Panambahan atau Sultan Musta’in Billah. Wilayah yang dikuasainya meliputi daerah Sambas, Batang Lawai, Sukadana, Kota Waringin, Sampit Medawi, dan Sambangan.

B. Kalimantan Timur

Di Kalimantan Timur inilah dua orang da’i terkenal datang, yaitu Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan, sehingga raja Kutai (raja Mahkota) tunduk kepada Islam diikuti oleh para pangeran, para menteri, panglima dan hulubalang. Untuk kegiatan dakwah ini dibangunlah sebuah masjid.
Tahun 1575 M, raja Mahkota berusaha menyebarkan Islam ke daerah-daerah sampai ke pedalaman Kalimantan Timur sampai daerah Muara Kaman, dilanjutkan oleh Putranya, Aji Di Langgar dan para penggantinya.


5. Di Maluku.

Kepulauan Maluku terkenal di dunia sebagai penghasil rempah-rempah, sehingga menjadi daya tarik para pedagang asing, tak terkecuali para pedagang muslim baik dari Sumatra, Jawa, Malaka atau dari manca negara. Hal ini menyebabkan cepatnya perkembangan dakwah Islam di kepulauan ini.

Islam masuk ke Maluku sekitar pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun 1440 dibawa oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan Jawa (terutama para da’i yang dididik oleh para Wali Sanga di Jawa). Tahun 1460 M, Vongi Tidore, raja Ternate masuk Islam. Namun menurut H.J De Graaft (sejarawan Belanda) bahwa raja Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal Abidin (1486-1500 M). Setelah itu Islam berkembang ke kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi diantara sekian banyak kerajaan Islam yang paling menonjol adalah dua kerajaan , yaitu Ternate dan Tidore.

Raja-raja Maluku yang masuk Islam seperti :


  • Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).
  • Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang sangat besar jasanya dalam menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian bahkan sampai ke Filipina.
  • Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
  • Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
  • Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal Abidin.


Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang disiarkan oleh raja-raja Islam di Maluku, para pedagang dan para muballig yang juga berasal dari Maluku.

Daerah-daerah di Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah : Miso, Jalawati, Pulau Waigio dan Pulau Gebi.

Perkembangan Masyarakat Muslim di Nusantara.

Islam Dalam Tradisi lokal

Pengaruh Islam di Indonesai tidak hanya mengayomi masalah spiritual saja tetapi meliputi segala aspek termasuk dalam hal tradisi.

contoh-contoh akulturasi dapat dilihat dari arsitek-arsitek bangunan mesjid yang masih tetap mempertahankan bentuk arsitektur asli seperti bentuk mesjid dengan atap bertingkat (meru).

Mesjid Agung Cirebon, dan mesjid Katangka di Sulawesi, mesjid Tambora adalah contoh mesjid dengan atap bertingkat dua yang merupakan ciri khas arsitektur lokal.

Mesjid Demak, Baiturrahman Aceh, dan Mesjid Jepara adalah mesjid beratap tiga. Sedangkan mesjid beratap tingkat lima masih bisa ditemukan di Banten yaitu Mesjid Agung Banten.

Selain bentuk tempat ibadah, akulturasi juga bisa dilihat pada seni ukir dan lukis yang yang tetap dipertahankan.

Akulturasi seni ini banyak ditemukan di bangunan-bangunan mesjid kuno dan keraton, seperti pada tiang-tiang, tembok, atau mimbar berupa ukiran-ukiran berpola makara atau bunga teratai.

munculnya Islam, menambah lagi satu pola seni baru yaitu kaligrafi Dimana kaligrafi ini sering digunakan untuk menyamarkan lukisan kuno yang kebanyakan berupa mahluk hidup seperti binatang.

Dari contoh-contoh diatas merupakan bentuk-bentuk akulturasi budaya antara budaya lokal dan budaya Islami di nusantara.

Akulturasi Islam Dalam Aksara dan Seni Sastra Indonesia

Akulturasi Islam Dalam Aksara dan Seni Sastra IndonesiaPengaruh Islam dalam kesusastraan dapat ditemukan pada kesusastraan di sumatra yang ditulis dengan huruf arab. Sedangkan kesusastraan di jawa sendri tetap menggunakan tulisan jawa kuno.

Hasil-hasil karya sastra Indonesia yang bernafaskan Islam beberapa diantaranya ditulis oleh Nur Al-Din Al-Raniri, Sunan Benong, Hamzah Fansyuri, dan Abdul Rauf yang menulis tentang fikih dan tafsir Al-quran.

Karya karya sastra lain yang muncul pada masa penyebaran Islam diantaranya: Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Sejarah Melayu, Bustanus Dalatin, dan Gurindam Dua Belas.

Karya-karya sastra yang muncul selama penyebaran ajaran Islam dikelompokkan dalam beberapa istilah berdasarkan corak dan isinya. Yaitu:

1. Babad

Babad merupakan karya cerita sejarah Yang isinya lebih banyak mengandung cerita-cerita daripada uraian sejarah itu sendiri. Namun, Isinya tetap menggambarkan pola peristiwa sejarah.

kitab-kitab babad diantaranya Hikayat (hikayat raja-raja Pasai,hikayat Salasih perak, Sejarah Melayu, Babad Tanah Jawi, Babad Giyanti, dan Sejarah Negeri Kedah.

2. Hikayat

Hikayat juga banyak bercerita mengenai sejarah. Namun lebih dalam.

Hikayat banyak menceritakan keajaiban serta peristiwa yang sulit dicerna akal yang dijadikan bagian terpenting yang umumnya akan bermuara pada satu tokoh atau peristiwa sejarah.

Contoh hikayat diantaranya: Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Bahtiar, Hikayat Si Miskin, HIkayat Panji Inu Kertapati, Hikayat Bayan Budiman.

3.Suluk

Suluk adalah kita yang menjelaskan seputar ilmu tasawuf. Suluk adalah kesusastraan yang paling tua yang erat hubungannya dengan para wali.

Itulah sejarah perkembangan islam di tanah air mulai dari awal mula hingga kita menjadi agama mayoritas penduduk indonesia.