Kisah Tragis Revolusioner Komunis Berkebangsaan Rusia

Kisah Tragis Revolusioner Komunis Berkebangsaan Rusia
Jasat Lenin Diawetkan

Vladimir Ilyich Ulyanov, yang lebih dikenal dengan sebutan Lenin (22 April 1870-21 Januari 1924), adalah revolusioner komunis, politikus, dan penggagas teori politik berkebangsaan Rusia.



Nama Lenin sebenarnya adalah nama samaran yang diambil dari nama Sungai Lena di Siberia. Ia menjabat sebagai pemimpin RSFS Rusia sejak tahun 1917, lalu Perdana Menteri Uni Soviet sejak tahun 1922 hingga kematiannya.

Lenin berhaluan politik Marxis dan telah ikut menyumbangkan gagasan politiknya dalam pemikiran Marxis yang disebut sebagai Leninisme. Gagasannya itu bila digabung dengan teori ekonomi Marx dikenal dengan sebutan Marxisme, Leninisme.

A. Kisah Tragis Kematian Lenin

Kisah Tragis Revolusioner Komunis Berkebangsaan Rusia
Lenin

Ahli sejarah selama ini setuju bahwa pemimpin revolusi Rusia, Vladimir Ilyich Lenin, menderita serangkaian stroke yang menyebabkan kematiannya. Namun, temuan baru menyatakan bahwa Lenin meninggal karena penyakit kelamin sipilis.

Lenin meninggal pada 21 Januari 1924, di usia 53. Rumornya bahwa Lenin terjangkit sipilis.

Pernyataan resmi penyebab kematian Lenin adalah arteriosclerosis otak, atau stroke. Tetapi dari 27 dokter yang merawat dia, hanya delapan yang menandatangani kesimpulan bahwa mayat tewas karena itu. Oleh karena itu, beberapa teori terus berkembang mengenai kematiannya.

Pemerintah Soviet waktu itu menutup rapat-rapat penyebab kematian Lenin saat kematiannya pada 1924. Helen Rappaport, seorang penulis buku asal Inggris, yakin bahwa ia menemukan bukti bahwa Lenin menderita endartitis luetica-neurosyphilis penyakit sipilis yang menyerang otak. Ia memperoleh referensi dari ilmuwan terkenal Rusia, Ivan Pavlov, peraih Nobel.

Rappaport, yang telah menulis sejumlah buku tentang sejarah Rusia, yakin bahwa Lenin terkena penyakit sipilis ini di Paris, Perancis, pada 1902. Dari tahun 1921, Lenin menderita serangkaian serangan akibat penyakit sipilis yang menyebabkan lumpuh.

Penemuan Rappaport ini setelah ia memublikasikan bukunya, Conspirator: Lenin in Exile. "Sudah menjadi rahasia umum bagi dokter-dokter top dan ilmuwan di Kremlin bahwa Lenin meninggal karena sipilis, tetapi konspirasi telah membungkam kenyataan ini,” katanya.

Penyakit sipilis selain menyerang Lenin juga menyerang sejumlah tokoh ternama lainnya seperti juga menderita perilaku yang aneh seperti halnya Lenin yang akhirnya kolaps sebelum meninggal.

B. Jasat Lenin Tidak Dikuburkan Tapi Diawetkan

Kisah Tragis Revolusioner Komunis Berkebangsaan Rusia
Musium Lenin Rusia

Lenin yang meninggal pada 21 Januari 1924, di usia 53. Rumornya bahwa Lenin terjangkit sipilis.

Jasad Bapak Komunis Rusia itu tidak dikuburkan, jasatnya diawetkan dan terbujur kaku dalam kotak kaca bersuhu -20 derajat celsius di Kota Moskwa Rusia.

Makam yang berbentuk mausoleum ini, atau sebuah ruangan yang bisa dimasuki oleh pengunjung. Letaknya persis di sisi salah satu tembok Istana Kremlin yang menghadap ke Lapangan Merah.

Di mausoleum itulah Tubuh pemimpin Uni Soviet yang meninggal tahun 1924 diawetkan dengan cara dibalsem. Konon, pada hari Lenin meninggal, Pemerintah Uni Soviet menerima 10.000 telegram dari seluruh Rusia, yang meminta supaya tubuh Lenin bisa dilihat generasi mendatang. Akhirnya, mausoleum itu pun dibangun sebagai bentuk penghormatan bagi Lenin.

Sejauh ini, sebuah laboratorium yang disebut dengan The Russian Biomedical Technology Research and Training Centre telah melakukan sejumlah perbaikan terhadap jasad Lenin yang sudah diawetkan selama lebih dari 90 tahun itu.

Dalam data di situs lembaga pengadaan negara Rusia disebut, Pemerintah Rusia harus mengucurkan dana sebesar 200.000 dollar AS, atau sekitar Rp 2,7 miliar pada tahun 2016, demi merawat jenazah Lenin.

Pada tahun 1991, Boris Yeltsin, pemimpin pertama Rusia setelah bubarnya Uni Soviet, mencoba mengakomodasi perdebatan soal dipindahkannya makam Lenin dari Red Square. Namun, gagasan tersebut tidak bisa direalisasikan hingga akhir hayatnya karena kentalnya fanatisme terhadap komunis di negara itu.

C. Munculnya Ide Untuk Menguburkan Jasat Lenin

Ide kontroversial untuk menguburkan jenazah Lenin sudah sejak lama menjadi isu politik utama di Rusia sejak kejatuhan Uni Soviet pada 1991, saat jutaan orang bergembira karena telah berpisah dari sistem yang menyusahkan hidup mereka itu.

Tetapi sejauh ini tak ada seorangan pun yang berani mengambil langkah yang demikian dramatis dalam memutus pertalian dengan pemimpin yang memperkenalkan Rusia pada komunisme dan horor di di kamp maut Gulag.

Tatkala Rusia berusaha menampilkan citra baru nan modern di bawah presiden Dmitry Medvedev yang tak lepas dari iPad-nya, puluhan ribu orang masih datang setiap tahun untuk melihat pendiri faham komunis itu, yang tubuhnya terbaring dalam sarkofagus.

Ketidak cocokan tampaknya menganggu Partai Rusia Bersatu yang tengah berkuasa menjelang pemilu legislatif Desember di mana beberapa pejabat terkemuka partai itu menyerukan dikuburkannya Lenin di samping ibunya di Saint Petersburg.

“Saya tidak melihat satu hal pun berdiri di jalur pemakamannya,” kata Vladimir Medinsky, anggota parlemen Rusia kepada AFP, membantah bahwa pemakaman di Saint Petersburg adalah keinginan keluarga Lenin.

Partai Rusia Bersatu bahkan sudah membuat situs khusus, http://www.goodbyelenin.ru. yang diambil dari judul film komedi tragedi Jerman tahun 2003 mengenai runtuhnya Tembok Berlin. Dua pertiga responden dalam survei mengenai situs itu mengatakan mereka tak ingin lagi melihat Lenin di moselium.

Meskipun tidak resmi, jajak pendapat itu diperkuat oleh penelitian lainnya dari lembaga Levala Centre yang dihormati. Penelitian itu menunjukkan 56 persen memilih melihat jenazah Lenin dipindahkan dari ruang publik.

Tetapi, meskipun itu bagus untuk politik pra-pemilu, seperti disebut seorang pejabat Kremlin bulan lalu, setidaknya untuk saat ini, Lenin dibiarkan di tempatnya semula.

“Sejauh yang saya tahu, tidak ada keputusan yang diambil dalam soal itu,” kata manajer properti Kremlin Viktor Khrekov.

Para analis mengatakan para pejabat melihat prospek dikuburkannya Lenin itu besar sekali mengingat itu adalah jualan menarik untuk pemilih muda yang tidak memiliki kenangan masa Soviet.

“Itu adalah debat berketerusan demi menyatukan pemilih non-komunis,” kata Andrei Ryabov dari Carniege Moscow Centre seperti dikutip AFP.

Lenin atau tanpa Lenin, kubu sayap kiri Rusia sudah kehilangan anggota bertahun-tahun, mereka tidak mampu menarik pemilih lebih muda yang tak mempedulikan baik kandidat Kremlin maupun politik sama sekali.

Partai Komunis Rusia hanya mendapat 11, 57 persen suara pada pemilu legislatif 2007, sementara kandidatnya, Gennady Zyuganov, hanya memenangkan 17,72 persen suara saat mencalonkan diri sebagai presiden tahun berikutnya.

Tetapi kekuatan Rusia yang lebih liberal memperdebatkan isu ini lebih jauh lagi, dengan mendesak dipindahkannya tubuh mati diktator Soviet Joseph Stalin, dari tempat kehormatannya di Tembok Kremlin.

“Kita harus membersihkan semua simbol Uni Soviet,” kata mantan pembangkang Soviet, Lyudmila Alexeyeva (82).

Tetapi, ada sedikit keraguan bahwa moseleum itu sudah kehilangan daya tarik.

Mantan presiden Rusia Boris Yeltsin memindahkan penjaga makam kehormatan itu pada 1993, dan tempat suci komunis itu pun tidak lagi menjadi tempat wajib dikunjungi anak-anak sekolah dan taman kanak-kanak.

Negara juga tidak lagi menanggung biaya perawatan jenazah Lenin. Laboratorium yang bertanggung jawab atas proses itu sebuah pusat afiliasi era Soviet bernama Institut Riset Semua Riset Rusia untuk Obat-obatan dan Tanaman hanya menerima dana dari para simpatisan komunis.

Makam ini terbuka untuk pengunjung empat hari seminggu antara 10.00 pagi dan 13.00, sedangkan tiket masuknya gratis, namun ada kebijakan yang ketat terhadap pengambilan gambar dan video.