Proses Terbentuk Serta Terjadinya Letusan Gunung Berapi
Gunung Krakatau |
Gunung berapi terbangun atas beberapa komponen dan membentuk sebuah struktur. Masing-masing komponen memiliki bagian dan fungsi yang saling mendukung sehingga terbentuklah aktivitas dari gunung berapi tersebut.
Berdasarkan definisinya, gunung berapi merupakan sebuah sistem saluran fluida yang terdiri dari batuan-batuan cair bersuhu tinggi yang mempunyai struktur memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi.
Struktur Gunung |
Beberapa bagian dari gunung berapi antara lain adalah sebagai berikut.
1. Struktur Kawah
Struktur kawah merupakan bagian dari gunung berapi yang memiliki bentuk morfologi negatif atau depresi. Bagian ini terbentuk diakibatkan adanya aktivitas sebuah gunung berapi. Bagian kawah ini biasanya berbentuk bundar dan berada pada bagian puncak gunung.
2. Kaldera
Kaldera merupakan bagian dari gunung berapi yang memiliki bentuk menyerupai kawah namun, Garis tengah kaldera berukuran lebih dari 2km. Kaldera sendiri tersusun dari beberapa bagian. Antara lain kaldera letusan akibat letusan besar yang melemparkan sebagian besar tubuh kaldera tersebut.
Ada juga yang disebut dengan kaldera runtuhan. yaitu kaldera yang terbentuk karena sebagian tubuh gunung berapi runtuh akibat adanya material yang keluar dalam jumlah besar dari dapur magma. Ada juga kaldera resurgent, yaitu jenis kaldera yang terjadi karena runtuhnya sebagian gunung berapi dan proses ini berlanjut dengan runtuhnya blok di pertengahan kaldera. Kaldera erosi merupakan jenis kaldera yang timbul akibat proses erosi secara berkepanjangan di bagian dinding kawah. Hal ini kemudian menyebabkan bagian tersebut melebar sehingga terbentuklah kaldera.
3. Rekahan dan Graben
Rekahan dan graben merupakan bagian dari gunung berapi yang berupa retakan di bagian tubuh gunung. Panjang retakan ini bisa mencapai puluhan kilometer serta kedalaman hingga ribuan meter. Rekahan pararel yang menjadikan bagian blog amblas disebut dengan graben.
4. Depresi Volkano Tektonik
Bagian ini terbentuk dengan diawali adanya deretan pegunungan yang kondisinya menyerupai pembentukan gunung berapi. Bagian ini terbentuk karena adanya pergeseran magma asam ke permukaan bumi dalam jumlah yang sangat besar. Magma asam sendiri asalnya dari kerak bumi dan depresi tersebut bisa terjadi dengan kedalaman puluhan hingga ribuan meter.
Gunung berapi juga ditemukan di zona Permatang laut. Dasar laut Pembentukan terjadi di mana magma naik menolak litosfera berlawanan arah. Lava akan membentuk dasar laut sebagai Permatang laut. Gunung berapi di Islandia adalah pembentukan jenis ini.
Ketika kepulan magma naik ke permukaan bumi, gunung berapi terbentuk. Proses pembentukan gunung api ini disebut hot spot (titik panas).
Istilah gunung berapi juga digunakan untuk nama fenomena pembentukan gunung es berapi atau gunung berapi es dan lumpur gunung berapi atau lumpur vulkanik. Gunung es berapi yang umum di daerah yang memiliki musim dingin yang bersalju, sedangkan gunung lumpur dapat dilihat di daerah Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah yang populer sebagai Bledug Kuwu.
Gunung berapi ditemukan di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah gunung berapi yang terletak di sepanjang Cincin Api Pasifik busur (Pacific Ring of Fire).
Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya busur antara dua lempeng tektonik.
Sistem Hotspot Gunung |
Ada dua tipe busur vulkanik Aktifitas GunungApi.
Busur samudra, terbentuk ketika lempeng samudra menujam ke bawah lempeng samudra lainnya pada dua lempeng berdekatan, membentuk busur kepulauan vulkanik (tidak semua busur kepulauan adalah busur kepulauan vulkanik)
Busur benua, terbentuk ketika lempeng samudra menujam ke bawah lempeng benua pada dua lempeng yang berdekatan, membentuk sabuk pegunungan yang berbentuk busur (tidak semua sabuk pegunungan terbentuk dengan cara ini)
Dalam situasi tertentu, sebuah zona subduksi menunjukkan kedua jenis di atas sepanjang zonanya, yakni sebagai bagian dari lempeng yang menujam di bawah benua dan di bawah lempeng samudra berdekatan.
Kondisi gunung berapi
Selama masa hidupnya, gunung berapi memiliki kondisi atau keadaan yang terus berubah dari waktu ke waktu, terkadang masuk kondisi tidur yang mana suatu gunung berapi namun tidak menunjukan aktivitas sama sekali selama puluhan hingga ratusan tahun.
Namun di satu kondisi gunung akan kembali aktif dan meletus dengan dahsyat seperti yang terjadi pada gunung Sinabung, Sumatera Utara yang terakhir kali meletus pada tahun 1600an dan pada tahun 2010 kembali aktif serta akhirnya meletus pada tahun 2013 hingga sekarang aktivitas letusan-nya masih berlangsung.
Sementara itu untuk letusan gunung berapi merupakan suatu aktivitas vulkanik yang sering disebut dengan istilah erupsi. Bisa dikatakan hampir semua aktivitas letusan gunung berapi selalu berkaitan dengan zona kegempaan aktif, hal ini terjadi akibat hubungan antar batas lempeng yang memiliki tekanan yang sangat tinggi dan bersuhu lebih dari 1000 derajat Celcius sehingga dapat melelehkan material bebatuan di sekitarnya dan menjadi Magma.
Magma terkumpul di dapur magma yang terletak dibawah gunung berapi, ketika dapur magma sudah penuh, maka magma akan terdorong keluar dari gunung berapi. Magma yang sudah keluar ini disebut dengan Lava yang memiliki suhu 700 hingga 1200 derajat Celcius. Ketika meletus, sebuah gunung berapi dapat melontarkan berbagai material hingga puluhan kilometer jauhnya, tidak hanya itu, awan panas dan gas beracun juga kerap kali menjadi ancaman serius bagi penduduk yang bertempat tinggal tak jauh dari letusan.
Letusan gunung berapi merupakan salah satu bencana alam yang banyak menimbulkan berbagai kerusakan dengan total kerugian yang besar karena menghancurkan areal pemukiman dan pertanian penduduk, belum lagi dampak lainnya seperti pencemaran udara oleh gas beracum serta memicu penyebab banjir lahar dingin yang dapat merusak infrastruktur umum.
Area Cincin Api |
Pemicu terjadinya Letusan GunungApi.
Gerakan lempeng tektonik dan mekanisme dapur magma adalah pemicu utama letusan gunung api. Jika tekanan di dapur magma cukup tinggi, cairan lava mendesak keluar kerak Bumi. Intensitas letusan dipengaruhi kadar batuan silika dalam magma, makin tinggi makin dahsyat letusannya.
Satu hal yang paling mengerikan dari gunung berapi adalah letusannya. Gunung berapi juga memiliki kumpulan endapan material yang keluar saat terjadinya letusan. Material tersebut meliputi abu dan batuan dengan berbagai ukuran.
Lava gunung berapi yang meletus dapat bersuhu hingga 1200 derajat celcius. Tak hanya lava, material lain seperti gas beracun dan awan panas juga ikut keluar saat terjadinya letusan gunung berapi.
1. Peningkatan Kegempaan Vulkanik
Yang ditandai dengan terjadi aktivitas yang tidak biasa pada gunung berapi, misalnya frekuensi gempa bumi meningkat yang mana dalam sehari bisa terjadi puluhan kali gempa tremor yang tercatat di alat Seismograf. Selain itu terjadi peningkatan aktivitas Seismik dan kejadian vulkanis lainnya hal ini disebabkan oleh pergerakan magma, hidrotermal yang berlangsung di dalam perut bumi.
Jika tanda tanda seperti diatas muncul dan terus berlangsung dalam beberapa waktu yang telah ditentukan maka status gunung berapi dapat ditingkatkan menjadi level waspada. Pada level ini harus dilakukan penyuluhan kepada masyarakat sekitar, melakukan penilaian bahaya dan potensi untuk naik ke level selanjutnya dan kembali mengecek sarana serta pelaksanaan shift pemantauan yang harus terus dilakukan.
2. Suhu Kawah Meningkat Secara Signifikan
Sebagai tanda bahwa magma telah naik dan mencapai lapisan kawah paling bawah sehingga secara langsung akan mempengaruhi suhu kawah secara keseluruhan. Pada gunung dengan status normal, volume magma tidak terlalu banyak terkumpul di daerah kawah sehingga menyebabkan suhu di sekitar normal.
Naiknya magma tersebut bisa disebabkan oleh pergerakan tektonik pada lapisan bumi dibawah gunung seperti gerakan lempeng sehingga meningkatkan tekanan pada dapur magma dan pada akhirnya membuat magma terdorong ke atas hingga berada tepat dibawah kawah. Pada kondisi seperti ini, banyak hewan hewan di sekitar gunung bermigrasi dan terlihat gelisah. Selain itu meningkatnya suhu kawah juga membuat air tanah di sekitar gunung menjadi kering.
3. Terjadinya Deformasi Badan Gunung
Hal ini disebabkan oleh peningkatan gelombang magnet dan listrik sehingga menyebabkan perubahan struktur lapisan batuan gunung yang dapat mempengaruhi bagian dalam sepeti dapur magma yang volume-nya mengecil atau bisa juga saluran yang menghubungkan kawah dengan dapur magma menjadi tersumbat akibat deformasi batuan penyusun gunung.
4. Lempeng lempeng Bumi Yang Saling Berdesakan
Hal ini menyebabkan tekanan besar menekan dan mendorong permukaan bumi sehingga menimbulkan berbagai gejala tektonik, vulkanik dan meningkatkan aktivitas geologi gunung. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa lempeng merupakan bagian dari kerak bumi yang terus bergerak setiap saat, dan daerah pengunungan merupakan zona dimana kedua lempeng saling bertemu, desakan lempeng bisa juga menjadi penyebab perubahan struktur dalam gunung berapi.
5. Akibat Tekanan Yang Sangat Tinggi
Beberapa penyebab seperti yang dijelaskan pada point sebelumnya mendorong cairan magma untuk bergerak ke atas masuk ke saluran kawah dan keluar. Jika sepanjang perjalanan magma menyusuri saluran kawah terdapat sumbatan, bisa menimbulkan ledakan yang dikenal dengan letusan gunung berapi. Semakin besar tekanan dan volume magma-nya maka semakin kuat ledakan yang akan terjadi.
Tanda tanda Gunung Berapi Akan Meletus
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan sejak lama, baik oleh tenaga ahli ataupun oleh masyarakat awam, dapat disimpulkan sebelum terjadi letusan gunung kerapkali dijumpai tanda atau ciri ciri yang sangat spesifik yang mana tingkat keakuratan-nya cukup tinggi.
Berikut adalah tanda ciri ciri gunung api akan meletus yang sering terjadi disekitar gunung :
A. Suhu Disekitar Gunung Meningkat.
Terutama dapat dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di lereng ataupun kaki gunung. Penyebabnya karena aktivitas magma semakin meningkat sehingga berkumpul di dekat permukaan bumi, sehingga suhu panas dari magma tersebut merambat hingga mempengaruhi lapisan tanah ada ada diseluruh badan gunung. Kesimpulan-nya jarak antara magma dengan permukaan bumi lebih dekat dari biasanya.
B. Mata Air Mengering.
Tanda ini sebenarnya masih berkaitan dengan point sebelumnya, karena magma terdorong keatas sehingga jarak antara magma dan lapisan tanah menjadi lebih dekat, akibatnya air tanah menguap dan kering, karena pada lapisan tertentu didalam tanah suhu menjadi sangat panas sehingga mengeringkan sumber mata air.
C. Tumbuhan Sekitar Gunung Layu.
Karena panasnya suhu didalam tanah meningkat secara signifikan maka banyak tumbuhan layu. Efeknya lebih parah daripada layu karena musim kemarau. Saat magma terkumpul tepat dibalik gunung, ada salah satu lokasi yang dimana magma dapat bergerak ke atas dekat dengan lapisan tanah. Itulah kenapa tumbuhan layu dan mati hanya terjadi pada titik tertentu saja sebelum gunung meletus dan dapat menjadi penyebab pemanasan global dikarenakan panasnya suhu.
D. Hewan Liar Turun Gunung.
Salah satu tanda yang sering dijumpai penduduk adalah banyak binatang atau hewan liar yang sebelumnya jarang terlihat turun ke pemukiman penduduk yang berada di kaki gunung. Hal ini terjadi karena hewan merasa tidak nyaman dengan peningkatan suhu yang terjadi di dekat puncak gunung tempat habitat asli mereka.
E. Sering Terdengar Suara Gemuruh.
Kejadian ini menandakan terjadinya peningkatan aktivitas magma di perut gunung selain itu sebagai bukti bahwa tekanan semakin tinggi sehingga tak jarang suara gemuruh disertai oleh keluarnya gas dan debu vulkanik. Intesitas suara gemuruh tergantung dari status gunung saat itu, jika sudah berstatus siaga tentu saja akan terdengar lebih sering daripada saat berstatus waspada.
Dampak Letusan Gunung Berapi
Setiap bencana alam pasti membawa dampak tersendiri yang dirasakan oleh penduduk yang berada disekitar bencana. Biasanya bencana alam identik dengan dampak negatif namun tidak demikian terjadi pada letusan gunung berapi yang justru membawa dampak positif disamping terdapat juga efek negatifnya.
Berikut ini adalah dampak letusan gunung berapi baik yang positif maupun negatif.
A. Dampak Negatif Dan Material Yang Keluar Saat Terjadi Letusan
Letusan gunungapi dapat menimbulkan berbagai dampak atau akibat. Dampak letusan gunungapi dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung dan sifatnya dapat merusak (negatif) ataupun menjadi berkah (positif) bagi masyarakat disekitarnya. Dampak negatif / bahaya terjadinya letusan gunungapi adalah sebagai berikut :
Jatuhan piroklastik.
Jatuhan piroklastik terjadi dari letusan yang membentuk tiang asap cukup tinggi, pada saat energinya habis, abu akan menyebar sesuai arah angin kemudian jatuh lagi ke muka bumi. Hujan abu ini bukan merupakan bahaya langsung bagi manusia, tetapi endapan abunya akan merontokkan daun-daun dan pepohonan kecil sehingga merusak agro dan pada ketebalan tertentu dapat merobohkan atap rumah. Sebaran abu di udara dapat menggelapkan bumi beberapa saat serta mengancam bahaya bagi jalur penerbangan.
Aliran piroklastik (awan panas).
Aliran piroklastik dapat terjadi akibat runtuhan tiang asap erupsi plinian, letusan langsung ke satu arah, guguran kubah lava atau lidah lava dan aliran pada permukaan tanah (surge). Aliran piroklastik sangat dikontrol oleh gravitasi dan cenderung mengalir melalui daerah rendah atau lembah. Mobilitas tinggi aliran piroklastik dipengaruhi oleh pelepasan gas dari magma atau lava atau dari udara yang terpanaskan pada saat mengalir. Kecepatan aliran dapat mencapai 150-250 km/jam dan jangkauan aliran dapat mencapai puluhan kilometer walaupun bergerak di atas air/laut.
Leleran lava.
Leleran lava merupakan cairan lava yang pekat dan panas dapat merusak segala infrastruktur yang dilaluinya. Kecepatan aliran lava tergantung dari kekentalan magmanya, makin rendah kekentalannya, maka makin jauh jangkauan alirannya. Suhu lava pada saat dierupsikan berkisar antara 800-1200 C. Pada umumnya di Indonesia, leleran lava yang dierupsikan gunungapi, komposisi magmanya menengah, sehingga pergerakannya cukup lamban, sehingga manusia dapat menghindarkan diri dari terjangannya.
Lahar letusan.
Lahar letusan terjadi pada gunungapi yang mempunyai danau kawah. Apabila volume air dalam kawah cukup besar akan menjadi ancaman langsung saat terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur panas. Gas vulkanik beracun : Gas beracun umumnya muncul pada gunungapi aktif berupa CO, CO2, HCN, H2S, SO2, dll, pada konsentrasi di atas ambang batas dapat membunuh. Banjir bandang : banjir bandang terjadi akibat longsoran material vulkanik lama pada lereng gunungapi karena jenuh air atau curah hujan cukup tinggi. Aliran Lumpur disini tidak begitu pekat seperti lahar, tapi cukup membahayakan bagi penduduk yang bekerja di sungai apabila dengan tiba-tiba terjadi aliran lumpur.
Lahar hujan.
Lahar hujan terjadi apabila endapan material lepas hasil erupsi gunungapi yang diendapkan pada puncak dan lereng, terangkut oleh hujan atau air permukaan. Aliran lahar ini berupa aliran lumpur yang sangat pekat sehingga dapat mengangkut material berbagai ukuran. Bongkahan batu besar berdiameter lebih dari 5 m dapat mengapung pada aliran lumpur ini. Lahar juga dapat merubah topografi sungai yang dilaluinya dan merusak infrastruktur. Longsoran vulkanik : longsoran vulkanik dapat terjadi akibat letusan gunungapi, eksplosi uap air, alterasi batuan pada tubuh gunungapi sehingga menjadi rapuh, atau terkena gempabumi berintensitas kuat. Longsoran vulkanik ini jarang terjadi di gunungapi secara umum sehingga dalam peta kawasan rawan bencana tidak mencantumkan bahaya akibat Longsoran vulkanik.
B. Dampak Positif
Berikut adalah penjelasan mengenai dampak positif pada letusan gunung berapi :
Saat terjadi letusan, banyak batu batu berbagai ukuran yang dimuntahkan gunung yang mana dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai bahan bagunan.
Besarnya volume material vulkanik selama letusan berlangsung ternyata membawa berkah tersendiri bagi masyarakat sekitar karena memiliki profesi baru yakni sebagai penambang pasir.
Tanah tanah sekitar gunung yang terkena material letusan akan semakin subur, tentu saja hal ini sangat menguntungkan para petani dimana mereka tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk membeli pupuk.
Setelah gunung meletus, biasanya muncul mata air makdani yaitu mata air yang kaya dengan kandungan mineral.
Selain itu muncul pula sumber air panas/ geyser baru secara bertahap dan periodik, hal ini tentu saja dapat dimanfaatkan masyarakat untuk kesehatan kulit.
Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi sangat potensial untuk dijadikan pembangkit listrik tenaga panas bumi yang tentu saja bernilai ekonomis.
Jenis Gunung Api |
Jenis-jenis GunungApi
A. Stratovolcano
Gunung berapi ini tersusun dari beberapa jenis batuan hasil letusan yang tersusun secara berlapis-lapis. Jenis gunung berapi ini membentuk suatu kerucut besar (raksasa) dan terkadang bentuknya tidak beraturan. Hal ini dikarenakan adanya letusan yang terjadi beberapa ratus kali. Gunung Merapi di Yogyakarta termasuk gunung berapi jenis ini.
B. Perisai
Di Indonesia tidak ada gunung yang berbentuk perisai. Gunung api perisai contohnya Maona Loa Hawaii, Amerika Serikat. Gunung api perisai terjadi karena magma cair keluar dengan tekanan rendah tanpa adanya letusan. Lereng gunung yang terbentuk menjadi sangat landai.
C. Cinder Cone
Gunung jenis Cinder Cone merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkaniknya menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Gunung jenis ini jarang yang mempunyai tinggi di atas 500 meter dari permukaan tanah sekitarnya.
D. Kaldera
Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat sehingga melempar ujung atas gunung dan membentuk cekungan. Gunung Bromo termasuk gunung jenis ini
Indonesia merupakan negara dengan konsentrasi gunung berapi tertinggi di dunia maka tak heran hal tersebut menyebabkan sering terjadinya bencana gunung berapi. Hingga saat ini terdapat beberapa letusan gunung berapi yang memiliki skala letusan besar. Perlu diketahui skala letusan gunung menggunakan pengukuran berdasarkan VEI (Volcanic Explosivity Index).
Post a Comment